Kereta Medium Tak akan Matikan Moda Transportasi Lain

Kereta berkecepatan medium memiliki banyak keuntungan dibanding kereta cepat, salah satunya harga tiket yang lebih murah.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Sep 2015, 21:20 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2015, 21:20 WIB
20150905-Kereta-Cepat
Kereta Cepat Buatan Cina (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah menolak proposal proyek kereta cepat yang diajukan oleh Jepang dan China, pemerintah kini membuka peluang bagi investor untuk membangun kereta berkecepatan medium dengan rute yang sama, yaitu Jakarta-Bandung.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil kereta berkecepatan medium ini memiliki banyak keuntungan dibanding kereta cepat, salah satunya harga tiket yang lebih murah. Namun murahnya harga tiket dinilai tidak akan mematikan moda transportasi lain dengan rute yang sama.

"Tidak (mematikan moda transportasi lain), kan karena pertumbuhan angkutan itu kan nantinya akan menciptakan perkembangan kota," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (7/9/2015).

Menurut dia, tujuan pembangunan kereta berkecepatan medium ini bukan hanya sekedar menambah pilihan moda transportasi antara Jakarta-Bandung. Lebih dari itu, adanya kereta ini diharapkan kepadatan penduduk tidak lagi bertumpuk di Jakarta.

"Tujuan membuat kereta medium dalam rangka meciptakan pertumbuhan baru. Filosifnya itu bagaiaman orang bikin kereta, tidak semua orang harus di Jakarta tapi idenya dikembangkan di daerah baru, dan lainya," kata dia.

Meski demikian, Sofyan belum mengetahui berapa harga tiket untuk kereta berkecepatan medium ini. Yang pasti, waktu tempuh kereta ini akan lebih lama dibandingkan kereta cepat sebelumnya.

"Harga tiket saya belum tahu. Tapi ini kita akan lihat lagi. Jadi mungkin kalau misalnya kereta cepat kan idenya 36 menit. Nah karena tidak menghabiskan kecepatan maksimun, baru digas sudah berheti. Jadi kalau medium mungkin jarak ditempuh 45 menit-46 menit. Harga jauh lebih murah," tandasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak proposal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang diajukan oleh China dan Jepang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution usai Rakor Deregulasi menjelaskan secara detail mengenai hasil pembahasan antara Tim Penilai dengan Presiden Jokowi perihal kereta cepat yang disampaikan Kamis siang 3 September 2015.

Dia menegaskan keputusan Jokowi pertama adalah pembangunan kereta cepat tidak boleh menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) langsung maupun tidak langsung. Baik dalam bentuk dana maupun suntikan modal melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), serta penjaminan dari pemerintah.

Darmin menuturkan, jarak Jakarta-Bandung sekira 150 Kilometer (Km) membutuhkan 5 stasiun sampai 8 stasiun. Walau Shinkansen melesat dengan kecepatan 300 Km per jam, diakuinya, tidak akan pernah bisa mencapai kecepatan maksimum itu karena perlu waktu tempuh 14 menit.

Jadi disimpulkan Darmin, kereta belum sampai kecepatan penuh sudah mulai harus direm, sehingga kecepatan paling mentok 200 Km-250 Km per jam.

"Keputusan Presiden adalah kalau begitu jangan kereta cepat. Cukup kereta kecepatan menengah yang melesat dengan kecepatan 200 Km-250 Km per jam," terang Darmin.

Dengan kereta berkecepatan sedang, sambung dia, jarak tempuh hanya akan melambat 10 menit sampai 11 menit dari kereta cepat. Namun biaya investasinya bisa 30 persen-40 persen lebih murah dibanding membangun kereta Shinkansen. (Dny/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya