Mampukah Rupiah Menguat ke 13.900 per Dolar AS‎ pada 2016?

Defisit transaksi berjalan masih memberi tekanan pada nilai tukar rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Sep 2015, 18:47 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2015, 18:47 WIB
Ilustrasi penurunan rupiah (Liputan6.com)
Ilustrasi penurunan rupiah (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) merevisi perkiraan rentang nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran 13.400-13.900 pada tahun depan. Asumsi ini lebih tinggi dibanding proyeksi sebelumnya yang diperkirakan ada di kisaran 13.400-13.700 per dolar AS.

Demikian disampaikan Gubernur BI, Agus Martowardojo saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ‎(RAPBN) 2016 bersama Komisi IX DPR.

"Kurs rata-rata kurs di tahun depan, ada di kisaran yang terbaru Rp 13.400-Rp 13.900 per dolar AS. Lebih lebar dari kisaran sebelumnya yang diprediksi Rp 13.400-Rp 13.700 per dolar AS. Tapi ini masih sejalan dengan asumsi pemerintah di RAPBN 2016 sebesar Rp 13.400 per dolar AS," terang dia di Gedung DPR, Selasa (15/9/2015).

Agus menjelaskan, BI merevisi prediksi rentang nilai tukar rupiah tahun depan karena mempertimbangkan kurs terkini dan ketidakpastian pasar uang global.

Diterangkannya, kurs rupiah sepanjang Januari sampai 14 September 2015, terdepresiasi 15,87 persen atau lebih tinggi dibanding tahun lalu. Rata-rata kurs rupiah secara year to date sebesar Rp 13.183 per dolar AS.

"Rata-rata nilai tukar rupiah di tahun ini berkisar 13.100-13.400 per dolar AS. Lebih depresiatif dari perkiraan rentang kurs sebelumnya sebesar 13.100-13.200 per dolar AS. Dipengaruhi karena dinamika eksternal, ketidakpastian normalisasi kebijakan AS dan devaluasi Yuan," paparnya.

Dari sisi internal, sambung Agus, ‎defisit transaksi berjalan masih memberi tekanan pada nilai tukar rupiah. Dari catatannya, defisit transaksi berjalan Indonesia semakin membaik US$ 4,7 miliar atau 2,05 persen pada kuartal II 2015.

"Memang pelemahan kurs rupiah cukup dalam sehingga sudah undervalue atau di bawah nilai fundamental. Tapi BI akan menempuh berbagai kebijakan stabilisasi kurs rupiah dan menjaga maupun mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," tegasnya.

‎BI, tambah Agus, akan melakukan langkah menempuh kebijakan moneter secara prudent, dan menerapkan upaya yang akan mendorong stimulus penyaluran kredit sehingga memacu investasi di pihak swasta serta melanjutkan pendalaman pasar keuangan dan lainnya. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya