Menkeu: Gejolak Ekonomi Saat Ini Baru Pertama Kali Terjadi

Ketidakpastian ekonomi dunia pada periode 2015 disebut baru pertama kali terjadi karena belum pernah dialami pada tahun-tahun sebelumnya.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 21 Sep 2015, 11:40 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2015, 11:40 WIB
20150906-Bambang-Brodjonegoro
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Gejolak ekonomi global tahun ini berbeda dengan kondisi krisis di era 1998 dan 2008. Ketidakpastian ekonomi dunia pada periode 2015 disebut baru pertama kali terjadi.

Demikian dikatakan Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro saat Peluncuran Obligas Negara Ritel (ORI) Seri 012 di kantornya, Jakarta, Senin (21/9/2015).

"Perkembangan ekonomi global saat ini tidak pernah dialami sebelumnya. ‎Ini baru pertama kali terjadi untuk perekonomian dunia," ujar dia.

Lebih jauh Bambang menjelaskan perbedaan kondisi ekonomi saat ini dengan tahun 1998 dan 2008. Berkaca pada 1998, katanya, terjadi krisis keuangan Asia yang hanya terfokus di kawasan Asia. Sementara krisis keuangan global menimpa seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia pada era 2008.

Krisis keuangan global, sambungnya, berawal dari runtuhnya perekonomian Amerika Serikat (AS) yang merembet ke seluruh negara dunia, termasuk negara-negara berkembang.

"Tapi pada saat itu, Indonesia masih mencetak pertumbuhan ekonomi positif di saat negara lain mencatatkan pertumbuhan minus atau nol. Jadi Indonesia masih punya daya tahan kuat," tegasnya.

Merasakan kondisi ekonomi tahun ini, diakui Bambang, bukanlah krisis keuangan regional maupun global. Alasannya, sambung dia, ekonomi AS masih bertumbuh. Eropa mencetak pertumbuhan di atas 1 persen dari sebelumnya minus dan pertumbuhan ekonomi masih dinikmati negara-negara berkembang meski terkontraksi.

"Disebut krisis keuangan global tidak karena sistem keuangan global tidak collapse, masih relatif kuat. Ini yang saya sebut ketidakpastian global, jadi bukan krisis keuangan global maupun perlambatan global. Yang berakibat pada cukup banyak perekonomian negara melambat dan pasar keuangan bergejolak," kata Bambang.

Gejolak tersebut, diakuinya, disebabkan karena kombinasi berbagai hal yang baru pertama kali dialami perekonomian global. Artinya belum pernah ekonomi global mendapatkan stimulus moneter dalam skala besar dan dimulai 2009 sampai 2013-2014.

"Tidak pernah juga ekonomi global setelah diberi stimulus besar, lalu distop dan dilakukan pengetatan kenaikan tingkat bunga AS. Ekonomi global sekarang sedang bereksperimen, sedang terjadi perubahan mendasar," jelas dia.

Menurut Bambang, Indonesia dan negara lain harus lebih bijaksana melihat kondisi ekonomi saat ini karena pertumbuhan ekonomi tinggi yang pernah diraih akibat stimulus moneter pasti tidak akan bertahan lama. "Jika suatu saat ekonomi tinggi, maka pasti turun," pungkas Bambang. (Fik/Zul/Sar)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya