Wapres JK: IMF Bikin Teori Ekonomi Salah ke RI

Wapres Jusuf Kalla menekankan kalau Indonesia perlu menjaga produktivitas dan konsumsi untuk mengatasi perlambatan ekonomi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Nov 2015, 14:43 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2015, 14:43 WIB
20151019-Jusuf Kalla-Jakarta
Wapres Jusuf Kalla di rumah dinas Wakil Presiden, Jakarta (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) mengaku pernah protes kepada Managing Director of the International Moneter Fund (IMF), Christine Lagarde. 

Protes itu lantaran rekomendasi teorinya pernah menjerumuskan ekonomi Indonesia dalam kehancuran pada 1997-1998. Kesalahan ini merupakan pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk menata perekonomian.

"Saya pernah katakan ke Lagarde, kaulah yang menjebloskan ekonomi Indonesia menjadi begini. Kamu membuat teori yang salah, kalau untuk memerangi inflasi dengan menaikkan suku bunga. Itu tidak benar," papar JK di Jakarta, Selasa (17/11/2015).

JK menjelaskan, pada 1997-1998, antara suku bunga acuan atau BI Rate dengan inflasi saling berkejaran, di mana saat bunga naik, inflasi justru semakin tinggi. Itulah fakta yang diungkapkan JK. "Inflasi waktu itu 70 persen dan suku bunga 60 persen. Akhirnya kita hancur-hancuran," tegas JK.

Ia berpendapat, suku bunga adalah biaya sehingga apabila suku bunga turun maka inflasi pasti ikut merosot. Dengan suku bunga yang lebih rendah, investasi akan berdatangan. Itu karena Indonesia saat ini perlu meningkatkan produktivitas yang berasal dari investasi dan konsumsi dari daya beli.

"Itu adalah kunci kita mengatasi perlambatan ekonomi, karena tidak ada yang bisa bebas dari ekonomi global. Kita perlu menjaga produktivitas dan konsumsi, bersyukur kita punya 250 juta penduduk sehingga daya beli lebih baik dibanding negara lain. Karena ini Indonesia tetap menarik dan bisa bertahan," terang JK.

Dengan peningkatan investasi dan daya beli atau konsumsi, JK meyakini, Indonesia dapat mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. "Rencana kita mau tumbuh 7 persen, jadi kita masih butuh 2 persen pertumbuhan ekonomi untuk mencapai target," kata JK. (Fik/Ahm)*

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya