Benarkah Kandungan Emas Freeport Tak Sampai 16 Ribu Ton?

Kementerian ESDM percaya bahwa kandungan emas di tambang Grasberg tersebut lebih dari 16 ribu ton.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Nov 2015, 20:20 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2015, 20:20 WIB
Ilustrasi Emas
Ilustrasi Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah bahwa kandungan emas yang ada di tambang yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia tak besar. Kementerian ESDM percaya bahwa kandungan emas di tambang Grasberg tersebut lebih dari 16 ribu ton.

Staf Khusus Menteri ESDM, Said Didu menjelaskan, berdasarkan data resmi hasil sertifikasi lembaga internasional‎, kandungan emas pada tambang yang saat ini dikelola oleh Freeport tersebut mencapai 18 ribu ton.

"Jadi setiap perusahaan tambang mesti melaporkan data ke dunia dan Indonesia. Kalau Freeport itu kandungannya sekitar 18 ribu ton,‎" kata Said, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/11/2015).

Menurut Said, hasil sertifikasi tersebut harus diyakini oleh semua pihak karena lembaga yang mengeluarkan terpercaya. Hasil sertifikasi tersebut juga mematahkan kabar jika kandungan emas ‎pada tambang tersebut tak mencapai angka 16 ribu ton.

"Ada yang menyatakan bahwa emas Freeport tak sampai 16 ribu ton. Padahal ada data resmi yang berdasarkan sertifikasi dari lembaga internasional terpercaya yang menyatakan kandungannya sampai 18 ribu ton. Itu lembaga resmi dan bukan pengusaha atau pemerintah yang bicara," tuturnya.



Terkait dengan penguatan rupiah menjadi Rp 2 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) jika kandungan emas pada tambang Freeport Indonesia diserahkan ke Pemerintah, Said menjelaskan bahwa dalam melakukan perhitungan kandungan tambang tidak bisa‎ langsung diseterakan dengan uang.

Alasannya, terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa mengambil kandungan emas tersebut. Bahkan biayanya bisa lebih tinggi dari hasil produksi.

"Production cost sekarang yang terbuka di US$ 700 per ounce hingga US$ 800 per ounce. Sedangkan untuk tambang underground mulai US$ 1300 per ounce hingga US$ 2000 per ounce. Jadi kira-kira segitu. Sementara emas sekarang harganya cuma US$ 1050 per ounce. Itu kenapa tambang bawah tanah tidak jalan karena harga emas turun, jadi rugi," pungkasnya.

Penjelasan Said Didu tersebut menepis Pernyataan Menteri Koedinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang menyatakan cadangan emas Freeport Indonesia masuk ke cadangan emas Bank Indonesia maka akan sangat membantu otoritas moneter dalam rangka menstabilisasi nilai tukar rupiah.

"Cadangan devisa dalam bentuk emas di BI hanya 100 ribu kilogram (kg), China hanya beberapa juta kg, tapi Freeport punya cadangan emas 16 juta kg. Kalau setengahnya saja masuk ke cadev BI, bayangkan rupiah bisa menguat ke berapa? Bisa menguat Rp 2.000 per dolar AS," ujar Rizal.

Terkait divestasi saham Freeport Indonesia, Rizal tidak menjelaskan secara spesifik apakah Indonesia akan membawa masalah ini ke pengadilan internasional atau arbitrase, seperti PT Newmont Nusa Tenggara.

"Buat saya sih yang penting momentum ini harus dipakai sebagai momentum memperbaiki manfaat yang diterima Indonesia. Saya yakin, kalau tidak mau, kembalikan kontrak karya, Indonesia akan untung sekali," tutur Rizal. ‎(Pew/Gdn)

 
 
 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya