Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) terus memacu pembangunan infrastruktur prioritas selama lima tahun ke depan. Upaya tersebut mengerek kenaikan nilai impor pada November 2015 sebesar 3,61 persen menjadi US$ 11,51 miliar, khususnya peningkatan impor untuk mengejar investasi dan momen Natal serta Tahun Baru.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengungkapkan, kinerja impor Indonesia pada bulan kesebelas naik 3,61 persen menjadi US$ 11,51 miliar dibanding bulan sebelumnya. Jika dibandingkan November 2014 yang sebesar US$ 14,04 miliar, realisasi tersebut turun 18,03 persen dari US$ 14,04 miliar.
Jika dirinci, impor migas pada periode Oktober-November 2015 turun 6,95 persen dari US$ 1,76 miliar menjadi US$ 1,64 miliar. Minyak mentah naik 2,49 persen, hasil minyak merosot 10,15 persen dan impor gas susut 7,98 persen. Namun impor non-migas naik 5,60 persen dari US$ 9,35 miliar menjadi US$ 9,87 miliar.
Advertisement
"Ada empat komoditas yang menunjukkan kenaikan impor. Itu ada hubungannya dengan investasi dari perusahaan dan rumah tangga. Kan Presiden Jokowi sedang menggenjot investasi," ujar Suryamin di kantornya, Jakarta, Selasa (15/12/2015).
Baca Juga
Empat komoditas atau barang yang mengalami kenaikan impor, yaitu mesin dan peralatan listrik dengan kinerja impor naik 11,71 persen di November 2015. Kedua, besi dan baja naik 17,65 persen. Ketiga, impor kendaraan dan bagian-bagiannya naik 0,96 persen. Keempat benda-benda besi dan baja dengan kenaikan impor 21,79 persen.
"Impor naik juga karena pada November menghadapi Natal dan Tahun Baru, ada yang menggenjot impor produk makanan meningkat, seperti gandum-ganduman impornya melonjak lebih dari 50 persen dan kembang gula meroket 75 persen, buah-buahan 6,8 persen, sayur-sayuran. Ini jadi bahan renungan juga buat pemerintah karena kita kan punya sayur dan buah," kata Suryamin.
Lebih jauh Suryamin mengaku, total impor Januari-November 2015 mencapai US$ 130,61 miliar atau turun 20,24 persen (year on year). Impor non-migas anjlok 12,84 persen dengan nilai US$ 107,79 miliar. Share terbesar impor mesin dan peralatan mekanik senilai US$ 20,36 miliar serta mesin dan peralatan listrik US$ 14,12 miliar.
Pangsa pasar impor non-migas terbesar selama periode 11 bulan, antara lain ke China US$ 26,45 miliar (24,54 persen). Selain itu, Jepang US$ 12,24 miliar (11,35 persen) dan Singapura US$ 8,17 miliar (7,58 persen). "Impor non-migas dari ASEAN US$ 23,66 miliar (21,95 persen) dan dari Uni Eropa US$ 10,21 miliar (9,48 persen)," kata Suryamin. (*)