Liputan6.com, Jakarta - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPi) memprotes kepada pemerintah terkait tidak adanya keberpihakan modal asing yang masuk ke Indonesia terhadap industri padat karya.
Presiden KSPI Said Iqbal mengungkapkan, investasi yang masuk ke Indonesia saat ini lebih banyak ke sektor padat modal dibandingkan dengan padat karta. Hal tersebut tidak sesuai dengan janji pemerintah untuk mengarahkan investasi masuk ke Industri padat karya.
Menurut Said, investasi di industri padat karya diperlukan karena sangat efektif untuk mengurangi pengangguran. "Analisa kami pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 4,7 persen itu bukan diarahkan ke Industri yang menyerap tenaga kerja banyak, tapi justru menyerap modal yang banyak," kata Said diJakarta, Senin (15/2/2016).
Baca Juga
Dicontohkannya, industri yang menyerap banyak modal tersebut seperti industri telekomunikasi. Mahalnya modal yang dibutuhkan, tidak sebanding dengan jumlah karyawan yang dipekerjakannya. Hal ini yang menurut Said Iqbal perlu diubah.
Dari fakta yang ia peroleh, tercatat bukan penyerapan tenaga kerja yang terjadi dari pertumbuhan ekonomi tersebut melainkan justru pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi.
"Katanya setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen penyerapan tenaga kerjanya 250 ribu orang, berarti kalau 4,7 persen pertumbuhan ekonomi, harusnya ada 1,1 juta orang yang berhasil terserap, ini malah ada PHK," tegas Said.
Tidak hanya itu, Said juga mengkritisi program penyerapan tenaga kerja melalui industri padat karya yang dibangun di beberapa daerah oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Katanya akan menyerap 126 ribu tenaga kerja baru yang oleh 16 perusahaan yang buka pabrik di Cianjur, Boyolali, dan lainnya, tapi kita cek, pabrik jalan, belum ada penyerapan," tutup dia. (Yas/Gdn)