Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan sinyal penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar subsidi akan dolakukan pada 1 April 2016.
Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, jika melihat parameter pembentukan harga Premium dan Solar dalam tiga bulan terakhir, ada kemungkinan harga BBMÂ tersebut akan turun. Parameter tersebut antara lain harga minyak dunia yang terus berada di kisaran US$ 30 per barel dan nilai tukar rupiah yang stabil di kisaran US$ 13.000 per dolar AS.
"Kalau kami melihat dari seluruh aspek yang ada maka akan mengalami penurunan‎," kata Sudirman, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/3/2016).
Terkait dengan besaran penurunan harga Premium dan Solar, Sudirman melanjutkan, saat ini Kementerian ESDM sedang melakukan pembahasan. Kementerian sedang menghitung besaran harga sesuai dengan parameter yang ada. "Penurunannya berapa, sedang kami bahas,"tegas Sudirman.
Baca Juga
Dalam perubahan harga BBM, pemerintah patuh dalam aturan ‎yaitu perubahan dilakukan setiap tiga bulan sekali. Sebelumnya, pemerintah telah melakukan penyesuaian pada awal Januari 2016 sehingga penyesuaian selanjutnya akan dilakukan pada awal April 2016.
Pengamat energi Pri Agung Rakhmanto menuturkan, harga Premium dan Solar untuk April mengacu pada harga minyak tiga bulan sebelumnya. Harga minyak pada jenjang waktu tersebut berada di bawah level US$ 30 per barel dengan begitu harga dua jenis BBM tersebut seharusnya turun.
‎"Ya harga April sebetulnya ditentukan 3 bulan pertama rata-rata ICP rendah di bawah US$ 30 tentu harus turun," tutur ‎Pri Agung.
Menurut ‎Pri Agung, penurunan harga Premium berada di bawah Rp 6.000 per liter dari harga saat ini khusus wilayah non penugasan Jawa,Madura dan Bali (Jamali) Rp 7.050 per liter. Sedangkan untuk Solar dirinya belum bisa memprediksi karena harga solar masih disubsidi Rp 1.000 per liter.
Pri Agung mengungkapkan, penurunan harga kedua jenis BBM tersebut tidak seharusnya mendekati harga ke ekonomian. Pasalnya, pemerintah perlu memikirkan kemungkinan yang terjadi dalam tiga bulan ke depan, sehingga jika harga minyak mengalami kenaikan tidak terlalu berat. (Pew/Gdn)