Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) menyatakan telah menjual rumah subsidi alias rumah murah sekitar 20 ribu unit sepanjang Januari-April 2016. Lambannya penyerapan atau penjualan rumah murah itu karena kesulitan pengajuan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) dari perbankan.
Ketua Umum APERSI, Eddy Ganefo mengungkapkan, realisasi tersebut hampir sama dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu sekitar 20 ribu unit rumah murah di seluruh Indonesia. Penjualan paling banyak terjadi di kawasan industri yang mencapai 1.000 unit rumah per tahun.
"Penjualan masih merangkak ya, karena yang terjual sekitar 20 ribu unit sampai April ini," ujarnya saat ditemui di Balai Kartini,Jakarta, Selasa (3/5/2016).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Eddy, jumlah itu hanya separuh dari target penjualan yang ditetapkan APERSI sebanyak 40 ribu unit rumah subsidi. Di akhir tahun ini, pihaknya menargetkan pembangunan rumah sebanyak 100 ribu unit.
Penyebabnya, sambung Eddy, akibat kesulitan pelaksanaan akad Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari pihak perbankan. Saat ini, perbankan menetapkan kebijakan lebih ketat terkait pengajuan akad KPR.
"Dulu kurang-kurang sedikit masih bisa KPR, tapi sekarang benar-benar harus terpenuhi, seperti lampu harus menyala, jalan sudah jadi, air mengalir. Itu kan perlu waktu. Kalau tidak bisa KPR, ya kita tidak akan bangun lagi, nunggu dulu," keluh Eddy.
Dia berharap, agar perbankan dapat melonggarkan kembali kebijakan pelaksanaan akad KPR seperti tahun sebelumnya. "Tahun lalu masih bisa nunggu 2-3 bulan, sambil akad berjalan, kita penuhi kewajiban pengembang," tegasnya.