Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menilai perlu kebijakan yang fokus untuk meningkatkan daya saing industri makanan minuman (mamin) nasional. Jika RI punya kebijakan yang fokus mala Indonesia berpotensi mengejar ketertinggalan dari Thailand sebagai salah negara produsen makanan dan minuman terbesar di ASEAN.
Anggota KEIN, Hendri Saparini mengatakan, untuk mengukur daya saing setidaknya ada dua tolak ukur, yakni dari sisi pasar serta dari sisi struktur biaya.
Dari sisi pasar, pemerintah perlu memberikan kebijakan perdagangan dalam atau luar negeri yang mampu memberikan pasar bagi industri.
Advertisement
Sementara dari sisi struktur biaya, mencakup pada apa yang sudah diberikan pemerintah agar industri ini bisa kompetitif dari segi biaya, seperti masalah dukungan insentif atau dukungan harga energi.
Para pengusaha Thailand, ujar Hendri, oleh pemerintah negara tersebut diberi jalan untuk memasarkan produk-produknya di pasar ASEAN. Sedangkan dari sisi produksi, pemerintah membantu industrinya berinvestasi di Myanmar karena biaya produksi dan tenaga kerja disana hang lebih murah.
"Jadi ada perencanaan untuk menyediakan pasar dan membantu produksi. Maka itulah yang disebut daya saing. Jangan kita hanya mengacu pada peringat tanpa kebijakan yang fokus," ujarnya di sela acara focus group discusion (FGD)KEIN diJakarta, Selasa (14/6/2016).
Baca Juga
Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk mengungguli Thailand seiring dengan keunggulan yang Indonesia miliki seperti sumber daya alam yang melimpah, hasil perkebunan, serta perikanan.
"Kita tinggal pilih mana dulu yang sudah siap dan kita akan jadi jagoan di situ. Pasarnya dimana lalu kebijakan yang diperlukan apa. Jadi semua by matrix," ungkap dia.
Dalam pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini, Industri dalam negeri dituntut untuk memiliki daya saing tinggi. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan Indonesia hanya dijadikan pasar oleh negara tetangga.
Industri mamin merupakan salah satu industri unggulan dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada triwulan I 2016, pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 7,55 persen atau lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 7,54 persen. Bahkan, kinerja industri makanan dan minuman tersebut melampaui pertumbuhan industri non migas pada triwulan I 2016 sebesar 4,46 persen.
Dengan capaian tersebut, Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri makanan dan minuman sepanjang tahun ini bisa mengalami pertumbuhan antara 7,4 persen hingga 7,8 persen. (Ekarina)