Surplus Neraca Perdagangan Juni Diramal US$ 124 Juta

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan neraca perdagangan Indonesia di Juni 2016 masih akan mengecap surplus sebesar US$ 124 juta

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Jul 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2016, 08:00 WIB
20151110-Ekspor-Impor-Jakarta-FF
Ratusan peti kemas di area JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/11). Badan Pusat Statistik menyebutkan kinerja ekspor Indonesia pada kuartal III 2015 minus 0,69 persen dan impor minus 6,11 persen dibanding tahun lalu. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan neraca perdagangan Indonesia di Juni 2016 masih akan mengecap surplus sebesar US$ 124 juta. Proyeksi ini lebih rendah dibanding realisasi surplus di bulan sebelumnya US$ 375,6 juta karena terjadi kenaikan impor selama Ramadhan dan menjelang Lebaran.

"Surplus neraca perdagangan di Juni diperkirakan US$ 124 juta," ujar dia dalam proyeksinya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (15/7/2016).

Lebih jauh Josua mengatakan, pertumbuhan ekspor secara tahunan (Juni 2016 dibanding Juni 2015) terkontraksi 9,3 persen (year on year/Yoy). Sementara laju impor diproyeksikan mengalami penurunan 6,6 persen. Sementara di bulan sebelumnya, kinerja ekspor terkontraksi lebih dalam 9,8 persen dan impor negatif 4,1 persen.

"Peningkatan nilai ekspor di Juni ini karena dorongan kenaikan harga batubara sebesar 4,9 persen month to month (MoM) tertopang kenaikan harga minyak dunia 4,1 persen MoM meskipun harga CPO turun 3,7 persen MoM. Terjadi karena aktivitas perdagangan yang ditandai Baltic Dry Index mengalami peningkatan tren dalam sebulan terakhir," jelasnya.

‎Josua mengaku, kenaikan kegiatan perdagangan seiring peningkatan aktivitas industri manufaktur dari beberapa mitra dagang utama Indonesia, seperti zona Eropa, Amerika Serikat (AS), serta India walaupun indeks manufaktur China masih melemah.

Sementara di sisi impor, Josua menuturkan, kenaikan nilai impor pada bulan keenam ini terjadi akibat peningkatan kegiatan manufaktur di dalam negeri. Ditambah lagi permintaan barang konsumsi di Ramadhan melonjak sehingga mengerek laju impor.

"Secara keseluruhan, terjadi kenaikan ekspor dan impor karena dipengaruhi faktor musiman jelang Lebaran yang meningkat tapi melambat lagi di saat Lebaran seiring penurunan kegiatan perdagangan di Pelabuhan," terang Josua.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya