Ini Tantangan Pengembangan Blok Gas di Perairan Natuna

Blok D Alpha yang berlokasi di perairan Natuna Timur menyimpan cadangan gas, salah satu yang terbesar di dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Jul 2016, 18:25 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2016, 18:25 WIB
20160629-Kepulauan-Natuna-Jakarta-Jokowi-FF
Suasana sejumlah Menteri dalam rapat terbatas yang digelar di Kantor Presiden Komplek Kepresidenan, Jakarta, Rabu (29/6). Rapat membahas penyelundupan dan pembahasan tentang Pengembangan Potensi Ekonomi Kepulauan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berkeinginan mengembangkan Natuna dan perairannya di Kepulauan Riau menjadi garda terluar Indonesia dalam pengembangan gas.

Namun ternyata pengembangan blok gas di wilayah ini tidaklah mudah. Blok D Alpha yang berlokasi di perairan Natuna Timur menyimpan cadangan gas, salah satu yang terbesar di dunia, yaitu mencapai 222 TCF.

Sayangn di balik besarnya cadangan gas tersebut, banyak kendala yang harus dihadapi jika pemerintah ingin mengkomersialkan blok tersebut.

Tenaga Ahli Menko Maritim dan Sumber Daya Haposan Napitupulu‎ memaparkan tantangan yang harus dihadapi, terkait kandungan karbondioksida (Co2) yang terkandung di dalam blok tersebut cukup dominan, mencapai 72 persen.

"Jadi tidak cukup komersial. Kalau mau kembangkan blok ini harus ada pemisahan gas yang sangat besar dan butuh teknologi yang canggih juga. Ibarat eksplorasi itu perbandingannya 3:1," kata Haposan saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Senin (18/7/2016).

Sebenarnya Co2 saat ini biasa digunakan untuk bahan pendingin produk-produk makanan dan minuman. Namun jika dari potensi kandungan gas 222 TCF, kandungan Co2 mencapai 72 persen mampu menimbulkan efek rumah kaca yang berbahaya. Jika proyek ini dikerjakan, maka akan menjadi proyek pemisahan gas Co2 terbesar di dunia.

Selain itu, tantangan yang tidak kalah penting terkait harga minyak yang saat ini turun drastis. Penurunan harga minyak ini menjadikan pemerintah berpikir ulang. Padahal, Pertamina sudah mengajukan kajian finansial ke pemerintah sejak 2013.

"Di sini harusnya pemerintah dan Pertamina duduk bersama, insentif-insentif apa yang bisa diberikan sehingga bisa ekonomis lagi," tegas dia.

Tantangan selanjutnya mengenai lokasi blok D Alpha yang jauh dari daratan. Daratan paling dekat dari blok ini adalah wilayah Kalimantan Barat sejauh 440 kilometer (km). "Kalau memang niat, bisa saja nanti ditampung gunakan kapal, kita olah di darat, kan lebih murah," tutup dia. (Yas/nrm)

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya