BCA Pertahankan Rasio Kredit Bermasalah hingga 2 Persen

Manajemen BCA memprediksi rasio kredit bermasalah akan naik seiring ekonomi sepenuhnya belum membaik.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 29 Jul 2016, 12:19 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2016, 12:19 WIB
20150911-INDONESIA BANKING EXPO 2015-Jakarta
BCA ikut berpartisipasi di acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2015 di JCC, Jakarta, Kamis (10/9/2015). Sejumlah bank menawarkan beragam fasilitas untuk menarik pengunjung menabung di tempatnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memperkirakan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sekitar 1,5 ‎persen hingga 2 persen sampai akhir tahun 2016. Sampai Juni 2016, NPL perseroan tercatat 1,4 persen.

Wakil Presiden Direktur BBCA Eugene K Galbraith mengatakan, NPL ini masih akan naik pada 2016. Lantaran ekonomi belum sepenuhnya membaik.

"‎Saya kira masih lebih sedikit tinggi, kami selalu bilang 1,5 sampai 2 persen, sekarang 1,4 persen.  Karena ekonomi belum pulih. Sedang ada gejala membaik. Tapi belum perbaikan nyata terasa. Masih ada tekanan," kata dia Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jumat (29/7/2016).

Pada 2015, PT Bank Central Asia Tbk membukukan penyaluran kredit sebesar Rp 388,0 triliun. Kemudian, perseroan membukukan kredit semester I 2016 sebesar Rp 387,0 triliun naik 11,5 persen year on year (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 347,1 triliun.

Lebih rinci, pada semester I 2016, kredit korporasi tercatat Rp 135,3 triliun atau naik 19,6 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 113,1 triliun.

Sektor komersial dan UKM tercatat Rp 146,5 triliun semester 1 atau naik 6,5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 137,5 triliun. Kemudian, sektor konsumer tercatat Rp 105,1 triliun pada semester I atau naik 9,1 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 96,3 triliun.

Eugene memperkirakan pertumbuhan kredit  sebesar 10 sampai 12 persen hingga akhir tahun 2016. Dia mengatakan, pertumbuhan akan didorong oleh sektor korporasi dan konsumer.

"Kalau konsumen pricing yang kompetitif, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sangat unggul. Kami yakin laku," ujar dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya