Luhut Kerahkan 6 Kapal buat Eksplorasi Migas

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menilai perlu potensi minyak dan gas di lepas pantai cukup besar.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 07 Sep 2016, 12:36 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2016, 12:36 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Pandjaitan di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (7/9/2016).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Pandjaitan di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (7/9/2016).

Liputan6.com, Depok - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menilai perlu potensi minyak dan gas (migas) di lepas pantai Indonesia cukup besar. Namun sayangnya, pemerintah tak memiliki data yang akurat mengenai potensi tersebut. Oleh sebab itu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mendorong pembaruan data eksplorasi migas di lepas pantai tersebut.

"Upaya peningkatan produksi migas tidak terlepas dari upaya penemuan cadangan migas. Cadangan minyak Indonesia hanya 3,7 miliar barel. Padahal sebenarnya ada potensi yang dimiliki oleh Indonesia ini hingga 200 miliar barel," kata Luhut, di Universitas Indonesia, Rabu (7/8/2016).

Luhut bercerita, kebutuhan energi di Indonesia cukup besar untuk mendukung pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, pemerintah perlu meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan akan energi tersebut. Selain itu, aksi eksplorasi juga perlu terus dilakukan untuk menambah cadangan energi. 

Cadangan energi ini diperlukan agar di kemudian hari Indonesia tidak perlu mengimpor minyak dan gas dari luar negeri. "Penambahan cadangan ini hanya bisa didapat dari kegiatan eksplorasi," tutur Luhut.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendorong kegiatan eksplorasi adalah mengaktifkan kapal-kapal yang dimiliki oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Elnusa Tbk. "Kira-kira ada enam kapal yang akan membantu eksplorasi minyak dan gas di lepas pantai," ujar Luhut.

Jika eksplorasi ini berhasil, selain bisa meningkatkan jumlah cadangan juga bisa mendorong perusahaan-perusahaan asing melakukan investasi di Indonesia. "Tapi yang paling penting itu harus ada data awal. Kalau tidak ada datanya bagaimana mau jualan?" ujar Luhut. (Ady Anugrahadi/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya