Selama 8 Bulan, ‎RI Langganan Impor dari Tiga Negara Ini

Kinerja impor non migas melesat US$ 40,90 persen dari US$ 7,51 miliar di Juli 2016 menjadi US$ 10,58 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Sep 2016, 13:23 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2016, 13:23 WIB
Kinerja impor non migas melesat US$ 40,90 persen dari US$ 7,51 miliar di Juli 2016 menjadi US$ 10,58 miliar.
Kinerja impor non migas melesat US$ 40,90 persen dari US$ 7,51 miliar di Juli 2016 menjadi US$ 10,58 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kenaikan impor di Agustus 2016 sebesar 36,84 persen menjadi US$ 12,34 miliar dibanding Juli 2016. Paling signifikan terjadi pada impor non migas hingga US$ 40,90 persen menjadi US$ 10,58 miliar dari tiga negara langganan impor Indonesia.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, kinerja impor non migas melesat US$ 40,90 persen dari US$ 7,51 miliar di Juli 2016 menjadi US$ 10,58 miliar. "Setelah Lebaran, permintaan bahan baku dan barang tancap gas‎," katanya di kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/9/2016).

Sasmito menyebut, impor non migas Indonesia terbesar berasal dari tiga negara pada periode Agustus ini, yakni :

1. China dengan nilai impor US$ 19,45 miliar (25,80 persen). Impor terdiri dari mesin dan peralatan mekanik US$ 4,49 miliar, mesin dan peralatan listrik US$ 3,79 miliar, dan besi baja US$ 1,34 miliar.

2. Jepang yang memasok barang non migas sebesar US$ 8,42 miliar (11,17 persen). Terdiri dari impor mesin dan peralatan mekanik US$ 2,2 miliar, bahan baku dan peralatan mobil US$ 1,8 miliar‎, mesin dan peralatan listrik US$ 988 juta serta besi dan baja US$ 399 juta.

3. Thailand dengan nilai impor ke Indonesia mencapai US$ 5,90 miliar (7,83 persen). Dengan rincian impor mobil senilai US$ 1,14 miliar, mesin dan peralatan mekanik US$ 985 juta, serta impor gula pasir dan permen US$ 750 juta.

Sementara impor Indonesia dari 9 negara ASEAN sebesar US$ 16,46 miliar (21,84 persen) dan dari Uni Eropa ‎US$ 6,99 miliar (9,27 persen).

Indonesia juga mencatatkan defisit perdagangan dengan negara-negara ini di periode Januari-Agustus 2016, yakni :

1. Korea Selatan (Korsel) terjadi defisit US$ 459,4 juta. Impor Indonesia ke Korsel, antara lain besi dan baja US$ 434 juta, plastik dan barang dari plastik US$ 371 juta.

2. Jerman defisit US$ 306,3 juta. Rincian impor Indonesia ke Jerman, paling banyak impor mesin dan pesawat mekanik US$ 639 juta, mesin dan peralatan listrik US$ 624 juta, kendaraan dan bagiannya US$ 173 juta.

3. Vietnam defisit US$ 333 juta. Paling besar Indonesia impor ke Vietnam meliputi, mesin dan peralatan listrik US$ 678 juta, besi dan baja US$ 213 juta, gandum US$ 211 juta.

4. Australia defisit US$ 1,14 miliar. Indonesia mengimpor dari Australia berupa gandum US$ 620 juta, binatang hidup terutama sapi US$ 379,9 juta, daging hewan atau daging sapi US$ ‎217 juta.

5. Taiwan defisit US$ 218,4 juta. Tiga besar impor Indonesia dari Taiwan, yaitu mesin dan pesawat mekanik US$ 336 juta, peralatan listrik US$ 236 juta, serta plastik dan barang dari plastik US$ 190 juta. (Fik/Gdn)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya