YLKI Ungkap Penyebab Subsidi Elpiji 3 Kg Tak Tepat Sasaran

YLKI menyebutkan sejumlah penyebab yang membuat distribusi subsidi elpiji 3 kg tidak tepat sasaran.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 30 Okt 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2016, 16:00 WIB
YLKI menyebutkan sejumlah penyebab yang membuat distribusi subsidi elpiji 3 kg tidak tepat sasaran.
YLKI menyebutkan sejumlah penyebab yang membuat distribusi subsidi elpiji 3 kg tidak tepat sasaran.

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebutkan sejumlah penyebab yang membuat distribusi subsidi gas elpiji tidak tepat sasaran. Sebagaimana diketahui, subsidi elpiji diberlakukan untuk tabung gas elpiji 3 kg yang diperuntukan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah.

Ketua YLKI Tulus Abadi menerangkan, sebenarnya subsidi gas elpiji telah dilakukan secara tertutup sejak terjadi konversi dari minyak tanah ke gas elpiji. Artinya, subsidi ini hanya untuk orang miskin.

"Memang sebenarnya desain awal migrasi dari minyak ke elpiji 3 kg untuk rumah tangga miskin. Waktu itu sebenarnya desain awal kebijakan elpiji 3 kg sudah tertutup artinya untuk golongan tertentu," kata dia dalam diskusi Energi Kita di Dewan Pers Jakarta, Minggu (30/10/2016).

Namun, distribusi tidak berjalan dengan baik karena adanya penyimpangannya dalam distribusi. Dia mengungkapkan, pemberian gas tersebut dilakukan secara asal.

"Karena masalah efisiensi diberikan cuma-cuma diberikan 3kg secara gratis. Memang sejak awal untuk menengah bawah kemudian terjadi penyimpangan dalam pemberiannya," ujar dia.

Lalu, persoalan menjadi lebih rumit ketika harga gas 12 kg menuju harga keekonomian. Dengan kondisi tersebut maka selisih antara harga gas subsidi dan 12 kg semakin lebar.

Alhasil, masyarakat kelas menengah atas yang mulanya memakai gas 12 kg migrasi ke gas 3 kg. Artinya, masyarakat kelas menengah atas itu turun kelas memakai gas subsidi.

"Karena harga 12 kg sudah harga keekonomian, sehingga terasa sangat mahal. Misalnya di pengecer akhir 12 kg  bisa Rp 175 ribu," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya