Trump Unggul Sementara, Ini Kekhawatiran Pengusaha RI

Selama masa kampanye, optimisme dunia terhadap keunggulan Hillary telah menimbulkan sentimen positif terhadap perekonomian AS.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Nov 2016, 12:53 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2016, 12:53 WIB
20161108-Donald Trump Berikan Suara Di TPS Manhattan-New York
Senyum Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump didampingi sang istri, Melania saat menggunakan hak suaranya pada pemilu presiden di TPS 59, yang berlokasi di sebuah sekolah di Manhattan, New York, Selasa (8/11). (REUTERS/Carlo Allegri)

Liputan6.com, Jakarta Keunggulan sementara Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) AS 2016 membuat pengusaha dalam negeri waswas. Sebab, jika Trump menang, dikhawatirkan akan menimbulkan sentimen negatif pada perdagangan saham dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan, selama ini banyak kalangan yang memperkirakan Hillary Clinton akan unggul dibandingkan Trump. Hillary banyak mendapatkan dukungan karena dianggap lebih terbuka dan paham soal politik-ekonomi AS.

"Memang sebagian besar menginginkan Hillary dipandang lebih friendly dari segi politik, ekonomi, sudah ada pengalamannya, dalam kampanyenya lebih terbuka. Tapi kita coba lihat. Kalau kita melihatnya perubahan-perubahan itu akan ada, tapi ke arah yang positif-lah," ujar dia di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (9/11/2016).

Rosan mengungkapkan, selama masa kampanye, optimisme dunia terhadap keunggulan Hillary telah menimbulkan sentimen positif terhadap perekonomian AS.

Namun dengan keunggulan sementara Trump dalam perhitungan suara yang tengah berlangsung, maka sentimen tersebut bisa saja berubah menjadi negatif.

"Kemarin kan sentimennya positif karena ‎diperkirakan Hillary akan menang, tapi sekarang risk-nya akan pahit karena Trump lagi lead. Kalau Trump menang akan ada koreksi sedikit, dari segi perdagangan saham, mata uang, walaupun kebijakannya belum ada," kata dia.

Namun demikian, Rosan berharap siapa pun yang terpilih untuk memimpin AS nantinya diharapkan tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kontraproduktif pada sektor perdagangan dan investasi AS ‎terhadap negara-negara lain termasuk dengan Indonesia.

"Apabila ada kebijakan baru pasti akan mempengaruhi. ‎Kita harapkan tidak kontraproduktif pada perkembangan perdagangan investasi kepada dunia luar," tandas dia.(Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya