Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia memandang pergerakan rupiah terhadap dolar AS pagi ini tidak mencerminkan fundamen Indonesia. Oleh karena itu, Bank Indonesia langsung mengintervensi pasar agar rupiah kembali ke seperti yang diharapkan.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan rupiah terkerek hingga 13.800 per dolar AS.
Baca Juga
Pertama, sentimen market yang berasal dari Amerika Serikat (AS) usai terpilihnya Donald Trump menjadi presiden sampai saat ini masih berlanjut.
Advertisement
"Currency masih tertekan, kembali soal analisis pasar kalau proteksionisme AS akan merugikan market," kata Mirza di kompleks Bank Indonesia, Jumat (11/11/2016).
Hal itu dibuktikan Mirza, dengan mata uang Brasil yang pada perdagangan kemarin ditutup melemah 4,9 persen, mata uang Afrika Selatan ditutup juga melemah 4,8 persen. Begitu juga dengan rupiah di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) yang juga melemah. Akibatnya pada hari ini rupiah dibuka di level kisaran 13.400 per dolar AS.
Sementara penyebab kedua, adalah kekhawatiran pasar mengenai kebijakan pembatasan transaksi valas yang dilakukan negara tetangga Indonesia, Singapura. Dengan begitu, dikhawatirkan Indonesia juga akan mengikuti kebijakan tersebut, hal itu yang menjadikan sentimen pelemahan rupiah bertambah.
"Saya tegaskan sebagai pimpinan Bank Indonesia, Indonesia tidak akan melakukan pembatasan terhadap perdagangan valas, pasar uang, pasar antar bank," tegas Mirza.
Menurutnya, perdagangan valas yang diserahkan ke mekanisme pasar sampai saat ini masih menjadi yang paling baik. (Yas/Zul)