RI Punya Waktu 15 Tahun untuk Bangkitkan Industri Manufaktur

Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia pada kuartal III hanya sebesar 4,6 persen dengan kontribusi terhadap PDB 19 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Nov 2016, 15:55 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2016, 15:55 WIB

Liputan6.com, Surabaya - Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia saat ini selalu di bawah angka pertumbuhan ekonomi secara nasional (PDB). Kondisi ini berbeda jika dibandingkan pada tahun 1990-an.

Padahal, menurut ‎Kepala Grup Riset Ekonomi Direktorat Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Yoga Affandi, untuk membawa Indonesia keluar dari middle income trap maka perlu menumbuhkanindustri manufaktur.

"Karena dengan industri manufaktur itu akan banyak menyerap tenaga kerja. Jadi kesejahteraan masyarakat meningkat, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih berkualitas," kata‎ Yoga saat diskusi dengan wartawan di Hotel Ciputra, Surabaya, Kamis (24/11/2016).

Dia mengungkapkan DNA Indonesia sebenarnya adalah negara yang memiliki sumber pertumbuhan dari industri manufaktur, bukan industri pertambangan. Hanya saja saat terjadi commodity booming di negara ini membuatindustri manufaktur sedikit terlupakan.

Namun menurut dia, masih ada kesempatan bagi Indonesia untuk kembali membangkitkan industri manufaktur demi keluar dari jebakan kelas menengah (midle income trap) tersebut. Terlebih, Indonesia saat ini memiliki bonus demografi.

"Bonus demografi yang dimiliki Indonesia ini kita perkirakan akan mulai habis sekitar tahun 2030. Jadi kita masih ada waktu 15 tahun untuk melakukan ini, itu saya pikir masih cukup," terang dia.

Seperti diketahui, pertumbuhan industri manufaktur Indonesia pada kuartal III hanya sebesar 4,6 persen dengan kontribusi terhadap PDB 19 persen. (Yas/nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya