Indonesia jadi Negara Ekonomi Terbesar ke-8 Dunia, Cuma Kalah dari Negara-Negara Ini

Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengumumkan peringkat ekonomi global, dan Indonesia saat ini berada di posisi kedelapan di dunia.

oleh Septian DenyTira Santia diperbarui 28 Jan 2025, 08:30 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2025, 08:30 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Meskipun perekonomian Indonesia cukup tangguh, Menkeu menekankan bahwa pemerintah harus tetap waspada terhadap kemungkinan turbulensi global.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 2024, Indonesia mencatatkan prestasi yang mengesankan dengan menjadi ekonomi terbesar kedelapan di dunia, berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP).

Data ini diperoleh dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan menunjukkan posisi ekonomi negara tersebut yang cukup signifikan.

Dalam peringkat tersebut, China menduduki posisi teratas dengan PDB mencapai USD37,07 Triliun, yang setara dengan Rp 600 Kuadriliun (1 USD = Rp 16.188,2). Ini menunjukkan dominasi ekonomi China yang sangat kuat di tingkat global.

Di posisi kedua, Amerika Serikat berhasil mencapai PDB sebesar USD29,17 triliun atau setara dengan Rp472,2 Kuadriliun. Dalam hal ini, negeri Paman Sam harus mengakui bahwa mereka kalah dari Cina dalam hal capaian PDB.

India menempati urutan ketiga dengan PDB yang mencapai USD16,02 triliun, setara dengan Rp259,3 kuadriliun. Sementara itu, Rusia berada di posisi keempat dengan PDB sebesar USD6,91 triliun atau setara Rp111,8 kuadriliun.

Jepang berada di urutan kelima dengan PDB senilai USD6,57 triliun atau setara Rp106,3 kuadriliun. Di posisi keenam, Jerman mencatatkan PDB sebesar USD6,02 triliun, yang setara dengan Rp97,4 kuadriliun, menunjukkan kekuatan ekonomi Eropa.

Brazil menempati posisi ketujuh dengan PDB mencapai USD4,7 triliun atau setara Rp76 kuadriliun. Sementara itu, Indonesia berada di urutan kedelapan dengan PDB senilai USD4,66 triliun, yang setara dengan Rp75,4 kuadriliun, sama dengan Brazil.

Indonesia Kalahkan Prancis dan Inggris

Di posisi kesembilan, Prancis mencatatkan PDB senilai USD4,36 triliun, yang setara dengan Rp70,5 kuadriliun. Sedangkan United Kingdom (UK) berada di posisi kesepuluh dengan PDB mencapai USD4,28 triliun atau setara Rp69,2 kuadriliun.

Dengan pencapaian ini, Indonesia berhasil melampaui negara-negara maju seperti Prancis dan Inggris. Hal ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tengah berbagai tantangan global yang dihadapi saat ini.

 

<p>Data peringkat ekonomi negara di dunia (dok: IMF)</p>

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global

Data Pertumbuhan Ekonomi G20 per Kuartal III 2022
Pada Selasa, 15 November 2022, suasana gedung pencakar langit di Jakarta menunjukkan perkembangan. Menurut data dari Kementerian Investasi, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III tercatat sebesar 1,8%, sedangkan Korea Selatan mencapai 3,1%.... Selengkapnya

Menurut laporan IMF berjudul "World Economic Outlook Update January 2025", diperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,3 persen pada tahun 2025 dan 2026. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis yang tercatat antara tahun 2000 hingga 2019, yaitu sebesar 3,7 persen.

Proyeksi untuk tahun 2025 tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan yang diumumkan dalam Prospek Ekonomi Dunia (WEO) pada bulan Oktober 2024. Hal ini terutama disebabkan oleh revisi positif di Amerika Serikat yang berhasil menutupi revisi negatif yang terjadi di negara-negara ekonomi besar lainnya.

Inflasi global diperkirakan akan mengalami penurunan, menjadi 4,2 persen pada tahun 2025 dan 3,5 persen pada tahun 2026. Penurunan ini menunjukkan bahwa inflasi akan kembali ke target yang lebih awal di negara-negara maju dibandingkan dengan negara-negara pasar berkembang dan negara-negara berkembang.

Namun, gangguan yang disebabkan oleh kebijakan dapat mempengaruhi proses disinflasi yang sedang berlangsung, dan ini berpotensi mengganggu langkah menuju pelonggaran kebijakan moneter. Hal ini tentu memiliki implikasi penting bagi keberlanjutan fiskal serta stabilitas keuangan.

IMF menekankan bahwa untuk mengelola risiko-risiko tersebut, diperlukan fokus kebijakan yang tajam. Hal ini penting untuk menyeimbangkan trade-off antara inflasi dan aktivitas riil, serta membangun kembali penyangga yang diperlukan.

Selain itu, penguatan prospek pertumbuhan jangka menengah dapat dicapai melalui peningkatan reformasi struktural, serta penguatan aturan dan kerja sama multilateral yang lebih solid. Dengan demikian, langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan.

Kekuatan yang Membangun Masa Depan

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pernyataan itu merespons pandangan fraksi mengenai asumsi pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara 5,3 persen hingga 5,7 persen dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM).... Selengkapnya

Walaupun tingkat stabilitas ekonomi global bervariasi di masing-masing negara, secara keseluruhan, kondisi ini tetap terjaga. Menurut laporan WEO Oktober 2024, pertumbuhan PDB global pada kuartal ketiga tahun 2024 tercatat 0,1 poin persentase lebih rendah dari yang diperkirakan, setelah adanya data yang kurang memuaskan dari beberapa negara di Asia dan Eropa.

Di sisi lain, pertumbuhan Tiongkok, yang mencapai 4,7 persen secara tahunan, ternyata tidak memenuhi ekspektasi yang ada. Meskipun pertumbuhan ekspor neto lebih baik dari yang diperkirakan, hal tersebut hanya mampu mengimbangi sedikit dari perlambatan konsumsi yang lebih cepat dari yang diantisipasi, terutama di tengah proses stabilisasi yang belum sepenuhnya terjadi di pasar properti dan rendahnya kepercayaan konsumen.

Selain itu, India juga mengalami perlambatan pertumbuhan yang lebih signifikan dari yang diharapkan, yang didorong oleh penurunan tajam dalam aktivitas industri.

Di kawasan euro, IMF melaporkan bahwa pertumbuhan terus menurun, dengan Jerman tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan tersebut, yang sebagian besar disebabkan oleh pelemahan yang berkelanjutan dalam sektor manufaktur dan ekspor barang, meskipun konsumsi menunjukkan peningkatan seiring dengan pemulihan pendapatan riil.

Di Jepang, terdapat sedikit kontraksi dalam output akibat gangguan pasokan sementara. Sebaliknya, Amerika Serikat menunjukkan momentum yang kuat, dengan ekonomi tumbuh pada tingkat 2,7 persen secara tahunan pada kuartal ketiga, yang didorong oleh konsumsi yang sangat baik. Meskipun desinflasi global masih berlangsung, terdapat tanda-tanda bahwa kemajuan ini terhambat di beberapa negara, sementara inflasi yang tinggi masih berlanjut di beberapa kasus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya