Pemangkasan Produksi Dorong Kenaikan Harga Minyak

Harga minyak berjangka AS naik 15 sen atau 0,28 persen ke angka US$ 52,98 per barel di New York Mercantile Exchange.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Des 2016, 06:12 WIB
Diterbitkan 14 Des 2016, 06:12 WIB

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak didorong oleh harapan bahwa langkah OPEC dan produsen minyak lainnya untuk memangkas produksi bisa membawa keseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (14/12/2016), harga minyak berjangka AS naik 15 sen atau 0,28 persen ke angka US$ 52,98 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan global, naik 3 sen atau 0,05 persen ke US$ 55,72 di ICE Futures Exchange London.

Berdasarkan laporan bulanan Badan Energi Internasional, jika negara-negara yang tergabung dalam organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan juga negara non-OPEC menindaklanjuti janji-janji untuk memotong produksi dalam jangka waktu enam bulan ke depan, maka kemungkinan besar pasar akan kekurangan pasokan sehingga mendorong kenaikan harga minyak.

"Sebagian besar jenis minyak akan mengalami konsolidasi harga," jelas Senior Vice President bidang energi RJ O’Brien & Associates, Ric Navy. Ia melanjutkan, harga minyak terus menunjukkan kenaikan tanpa memperhitungkan apakah kenaikan tersebut sesuai dengan fundamentalnya.

Sebenarnya, kenaikan harga minyak sedikit tertahan dalam beberapa hari terakhir. Alasannya, berdasarkan laporan Badan Energi Internasional, pasokan minyak dunia meningkat pada November lalu menjadi 98,2 juta per barel karena adanya peningkatan produksi dari negara-negara anggota OPEC yang melebihi penutunan produksi non-OPEC.

Namun memang, beberapa anggota OPEC terus berusaha untuk memperbaiki harga minyak. Beberapa negara yang termasuk di dalam OPEC mencoba untuk bernegosiasi kembali untuk kembali memotong produksi melebihi kesepakatan yang telah dibuat.

OPEC saat ini berjanji untuk memotong produksi 1,7 juta barel per hari untuk mencapai target produksi teratas 32,5 juta barel per hari. Jumlah pemotongan tersebut lebih besar dari perkiraan awal yang berada di angka 1,2 juta barel per hari. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya