Jokowi: Serbuan Pekerja China Tak Masuk Logika

Menurut Jokowi, kabar serbuan pekerja China tidak masuk logika, karena gaji di Indonesia masih jauh lebih rendah dibanding di China.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Des 2016, 13:21 WIB
Diterbitkan 27 Des 2016, 13:21 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa isu serbuan pekerja China ke Indonesia tak masuk logika.‎ Salah satu alasan yang membuat isu tersebut tak bisa diterima logika karena gaji di China lebih besar jika dibanding dengan gaji di Indonesia. 

Joko‎wi mengatakan, memang ada beberapa tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia. Namun status para pekerja tersebut hanya sementara saja di Indonesia. Para pekerja asing tersebut ke Indonesia untuk membagi ilmu (knowledge transfer).

Para pekerja tersebut datang untuk menggarap tahap awal sebuah proyek. Hal tersebut dilakukan karena belum ada sumber daya manusia lokal yang menguasai teknologi dan pengetahuan. Jadi kedatangan tenaga kerja asing bisa dimanfaatkan untuk transfer ilmu. Setelah semua selesai maka tenaga kerja asing tersebut kembali lagi ke negara asalnya.

"Tenaga kerja asing hanya di awal, yang dibutuhkan memang di awal. Mereka membantu mempersiapkan, menyetel, di situ ada transfer ilmu, transfer pengetahuan. Setelah itu mereka pulang, tenaga kerja asing itu pulang lagi," jelas Jokowi saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Lahendong Unit 5 dan 6, di Topaso Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu (27/12/2016).

Tenaga kerja asing tersebut juga tidak ingin berlama-lama di Indonesia, karena lebih baik di negaranya sendiri dekat dengan keluarga. Selain itu, gaji di negara asal juga jauh lebih besar dibanding di Indonesia.

"Memang mereka juga senang kok kerja di negaranya sendiri, jangan dipikir kerja di sini mereka senang, tidak lebih baik di negara mereka sendiri, dekat dengan keluarga gajinya lebih besar dari negata kita," ungkapnya.

Menurut Jokowi, kabar serbuan pekerja China tidak masuk logika, karena gaji di Indonesia masih jauh lebih rendah yaitu Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta, sedangkan di Tiongkok lebih dari Rp 5 juta.

"Logika itu sering tidak masuk, misalnya tenaga kerja dari Tiongkok di sini itu UMP Rp 2 juta, di sana Rp 5 juta lebih. Masa mereka senang kerja di sini. Logikanya tidak masuk mereka ada di sini, tapi awal sebuah proyek karena banyak hal yang belum kita tau teknologinya," tutup Jokowi. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya