Harga Emas Menguat Terdorong Kondisi Politik di AS dan Eropa

Pedagang melaporkan aktivitas transaksi emas turun selama liburan Tahun Baru Imlek.

oleh Nurmayanti diperbarui 31 Jan 2017, 06:30 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2017, 06:30 WIB

Liputan6.com, New York - Harga emas naik seiring ketidakpastian politik yang dibuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang melarang warga dari tujuh negara yang mayoritas Muslim masuk ke negaranya. Harga emas juga terdukung rencana Pemilu di Eropa.

Pedagang melaporkan aktivitas transaksi emas turun selama liburan Tahun Baru Imlek yang berlangsung di banyak negara Asia. Rencana pertemuan Federal Reserve (The Fed) untuk membahas kebijakan moneter ikut mempengaruhi harga emas.

Melansir laman Reuters, Selasa (31/1/2017), harga spot emas naik 0,4 persen ke posisi US$ 1.196,20 per ounce. Ini lebih rendah bila dibandingkan posisi pada 2 minggulalu di level US$ 1.180,65 per ounce. Sementara emas berjangka AS ditutup naik 0,4 persen ke posisi US$ 1.193,20 per ounce.

"Ada unsur risiko geopolitik yang mendukung harga emas," kata James Steel, Kepala Analis Logam HSBC Securities di New York.

Trump mengeluarkan kebijakan untuk melarang imigran dari 7 negara masuk. Langkah ini memperkuat kekhawatiran tentang kondisi investasi di Amerika Serikat.

"Emas di masa depan akan tergantung pada dolar, kebijakan moneter AS dan suku bunga," kata Analis Commerzbank Carsten Fritsch.

"Larangan imigrasi menambahkan risiko yang mendorong emas sebelumnya ... Ada juga risiko politik dari pemilu di Perancis dan Belanda, " lanjut dia.

Emas juga akan dipengaruhi kebijakan The Fed, yang akan menggelar pertemuan dua hari, dimulai pada Selasa. Bank Sentral ini telah menaikkan suku bunga pada bulan Desember.

The Fed pada waktu itu mengisyaratkan akan menaikkan sebanyak tiga kali suku bunga pada 2017, seiring janji Trump untuk meningkatkan pertumbuhan melalui pemotongan pajak, pengeluaran dan deregulasi.

Memang suku bunga yang lebih tinggi bisa mendorong mata uang Dola AS lebih tinggi, dan membuat emas dalam mata uang dolar lebih mahal bagi pemegang lainnya serta berpotensi mengurangi permintaan.
 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya