Industri Minuman Ringan Tumbuh Negatif pada Kuartal I

Daya beli menurun membuat pertumbuhan industri minuman ringan merosot.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Mei 2017, 15:41 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2017, 15:41 WIB
Makanan Minuman RI Mejeng di Swalayan Jepang
Kemendag mengenalkan cita rasa makanan dan minuman Indonesia melalui promosi di pasar swalayan Odakyu, 5-11 November ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan industri minuman ringan terus menurun tiap tahunnya. Bahkan pada kuartal I 2017, industri tersebut tumbuh -3 persen hingga -4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Pridjosoesilo mengatakan, dalam 5 tahun terakhir industri minuman ringan selalu tumbuh di bawah 10 persen. Padahal sejak 2000 hingga 2010, industri ini selalu tumbuh double digit.

"Pertumbuhan kita semakin lama semakin menurun, 5 tahun terakhir di bawah 10 persen. Sampai 2010 di atas 10 persen. Di 2015 tumbuh 7,5 persen, 2016 4 persen, kuartal I 2017 -3 persen sampai -4 persen. Ini mengkhawatirkan kami," ujar dia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/5/2017).

Dia mengungkapkan, penurunan pertumbuhan tersebut terlihat dari menurunnya penjualan hampir seluruh jenis minuman ringan. Yang masih mengalami pertumbuhan positif hanya untuk minuman energi dan susu.

"Kuartal I hampir semua negatif, kecuali energi, sport susu, yang masih positif, tumbuh di atas 10 persen. Paling besar soda minus di atas 15 persen," kata dia.

Triyono mengungkapkan, turunnya pertumbuhan industri ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang terus tergerus. Terlebih lagi, produk minuman ringan bukan merupakan barang kebutuhan primer.

"Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia masih rendah, per kapita spendingnya juga masih rendah, di bawah rata-rata dunia. Di Indonesia, belanja minuman hanya 1,8 persen-2 persen dari belanja bulanan rumah tangga," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya