Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan untuk mendorong investasi dan pertumbuhan di sektor industri, perlu adanya stimulus bukan hanya dari pemerintah tetapi juga Bank Indonesia (BI). Stimulus dari BI berupa penurunan suku bunga yang signifikan.
Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani mengatakan, apabila suku bunga perbankan belum turun secara signifikan akan membuat pelaku usaha untuk menahan investasi atau ekspansi. Alasannya, mereka mempertimbangkan kemampuan daya beli pasar yang masih rendah.
“Yang penting adalah mendorong peningkatan pasar atau konsumsi rumah tangga di berbagai sektor,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (7/5/2017).
Advertisement
Saat ini suku bunga kredit di Indonesia termasuk yang tertinggi dibandingkan negara lain di dunia dengan kisaran 9 persen-11 persen. Sedangkan negara seperti Tiongkok dan Singapura telah menetapkan bunga di kisaran 4 persen-5 persen.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku optimistis, pertumbuhan sektor industri nasional, termasuk investasi akan terus meningkat. Syaratnya, harga gas dan listrik yang berlaku lebih kompetitif sehingga mampu menekan biaya produksi.
Baca Juga
“Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global,” kata dia.
Langkah strategis lain yang perlu dilakukan, di antaranya melakukan harmonisasi peraturan di segala lintas sektoral, menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan baku industri khususnya bahan baku yang berasal dari impor. Serta melaksanakan promosi dagang ke pasar nontradisional, mencari informasi kebutuhan produk dan hambatan pasar dalam rangka pengembangan pasar ekspor baru.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri pengolahan nonmigas pada kuartal I 2017 tumbuh sebesar 4,71 persen. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan dalam periode yang sama di 2016 sebesar 4,51 persen, juga di atas pertumbuhan sepanjang 2016 yang mencapai 4,42 persen.
“Kami terus menjaga momentum kenaikan ini, di mana sebelumnya produksi industri manufaktur tumbuh dan saat ini produk domestik bruto (PDB) ikut positif. Kami berharap agar pertumbuhan industri pada triwulan berikutnya dapat lebih baik lagi,” ungkap dia.
Sektor industri yang tumbuh tinggi pada triwulan I-2017, yaitu industri kimia farmasi dan obat tradisional sebesar 8,34 persen, industri makanan dan minuman 8,15 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik 7,52 persen, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 7,41 persen.
Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor-sektor lainnya. “Industri pengolahan nonmigas mampu memberikan sumbangan mencapai 20 persen pada kuartal ini atau naik dari sebelumnya sebesar 18 persen,” kata Airlangga.
Menurut dia, pada kuartal I kenaikan yang juga cukup menggembirakan terlihat dari nilai ekspor sebesar 22 persen. Ini menunjukkan kondisi pasar global yang sudah pulih sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas bagi industri dalam negeri.
"Industri pengolahan nonmigas selalu membawa efek berganda terhadap perekonomian nasional mulai dari peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan kerja, perolehan devisa dari ekspor, hingga penghematan devisa ketika memenuhi kebutuhan dalam negeri," tandas dia. (Dny/Gdn)