Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump diagendakan mengunjungi Arab Saudi dalam kunjungan luar negeri pertamanya. Berbagai persiapan pun dilakukan untuk menyambut kedatangan Presiden AS ke 45 ini. Dalam sebuah dokumen rahasia yang bocor ke publik, pemerintah Arab Saudi dikabarkan menghabiskan dana dalam jumlah besar.
Seperti dilaporkan almasdarnews.com, Jumat (12/5/2017), kerajaan Arab Saudi telah mengalokasikan dana total US$ 68 juta atau sekitar Rp 907,95 miliar (asumsi kurs Rp 13.352 per dolar Amerika Serikat) untuk menyambut kedatangan Trump ke negaranya. Jumlah dana tersebut tertuang dalam surat perintah Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud yang bocor ke publik.
Ia menginstruksikan menteri keuangan-nya menyetujui anggaran US$ 30,07 juta untuk menyelenggarakan pertemuan puncak Arab Saudi-Amerika Serikat.
Advertisement
Baca Juga
Sang raja juga meminta kementerian untuk mengeluarkan dana US$ 5,3 juta yang diajukan pemerintahan Riyadh, US$ 26,4 juta yang diajukan dewan kesejahteraan khusus dan US$ 6,6 juta yang diusulkan badan aliansi strategis internasional Arab Saudi. Keseluruhan dana tersebut akan digunakan untuk menyambut Presiden Amerika Serikat.
Surat perintah tersebut ditujukan ke beberapa kementerian Arab Saudi antara lain, Kementerian Pertahanan, Kementerian Kependudukan, Dewan Kesejahteraan Khusus hingga ke beberapa kepala pemerintahan kerajaan.
Lawatan Trump ke Arab Saudi dijadwalkan akan dilaksanakan pada akhir Mei. Kunjungan tersebut juga dilakukan sebelum Presiden Trump menghadiri pertemuan NATO di Brussels dan KTT G7 di Italia.
Sumber pemerintahan setempat mengatakan, kedatangan Donald Trump ke Arab Saudi bertujuan untuk menandatangani kontrak penjualan senjata senilai miliaran dollar. Senjata tersebut akan digunakan untuk menaklukan ISIS dan kelompok radikal lainnya.
Lawatan perdana ke Timur Tengah tersebut juga dianggap menyoroti janji Trump selama ini untuk membawa perdamaian di kawasan tersebut, terutama antara Palestina-Israel.
Selain Arab Saudi, Presiden AS juga akan bertandang ke Israel dan Vatikan. Tur ini dianggap sebagai upaya Donald Trump membangun kerja sama serta meraih dukungan antara umat Islam, Kristen, dan Yahudi untuk memerangi terorisme.