Liputan6.com, New York Harga minyak merosot sekitar 2,5 persen usai perusahaan konsultan memprediksi produksi minyak OPEC akan meningkat pada Juli, meskipun organisasi ini berjanji untuk mengekang output.
Kondisi ini membangkitkan kembali kekhawatiran jika pasar akan kembali dibanjiri minyak mentah dunia.
Baca Juga
Melansir laman Reuters, Sabtu (22/7/2017)), harga minyak Brent turun US$ 1,24 atau 2,52 persen ke posisi US$ 48,06 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah berjangka AS turun US$ 1,15 atau 2,45 persen menjadi US$ 45,77 per barel.
"Kondisi berbalik di akhir pekan, kekhawatiran tentang harga minyak membawa harga minyak lebih rendah," kata Gene McGillian, Manajer Riset di Tradition Energy.
Advertisement
Secara mingguan, kedua jenis minyak Brent dan WTI membukukan kerugian lebih dari 1,6 persen setelah Petro-Logistics mengatakan produksi minyak mentah OPEC akan naik 145 ribu barel per hari (bph) bulan ini.
Petro-Logistics, yang melacak pasokan OPEC memperkirakan gabungan output minyak dari OPEC akan mencapai di atas 33 juta barel per hari.
Pasokan tertinggi berasal dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Nigeria yang akan mendorong kenaikan minyak pada bulan ini.
OPEC dan beberapa negara non-OPEC seperti Rusia, telah mencoba memangkas produksinya 1,8 juta barel per hari sampai akhir Maret 2018.
Rencananya pada hari Senin, beberapa menteri dari OPEC dan anggota non-OPEC akan bertemu di St Petersburg. Menteri Perminyakan Kuwait Essam al-Marzouq, mengatakan pertemuan ini akan membahas tentang produksi.
Tonton video menarik berikut ini: