Liputan6.com, Jakarta - Kepemilikan ponsel pintar atau smartphone mendorong kenaikan pemakaian pembayaran digital di wilayah Asia Pasifik. Akan tetapi, pemakaian uang tunai juga masih mendominasi di kawasan Asia Pasifik.
Hal itu berdasarkan studi dari PayPal. Laporan berjudul "Digital Payments: Thinking Beyond Transactions" menemukan kalau 57 persen responden menyatakan memilih uang tunai untuk transaksi sehari-hari.
Sisanya sekitar 24 persen lebih suka menggunakan metode pembayaran tradisional lain, yakni transfer bank, internet banking, dan kartu kredit serta debit.
Advertisement
Hanya 12 persen yang menyatakan sering menggunakan dompet digital atau transaksi digital untuk pembayaran. Mereka juga lebih suka menggunakan ponsel pintar untuk transaksi.
Baca Juga
Secara geografis, lebih dari 70 persen responden di India, Filipina, dan Indonesia mengatakan kalau lebih sering pakai uang tunai. Sementara di Hong Kong dan Singapura, termasuk pusat keuangan di kawasan Asia Pasifik, sekitar 44 persen dan 43 persen memilih memakai uang tunai.
Di Tiongkok, sebagian besar masyarakatnya menggunakan aplikasi untuk bertransaksi. Hanya 25 persen yang mengindikasikan menggunakan uang tunai untuk transaksi.
Laporan tersebut dilakukan dengan mensurvei 4.000 orang di Tiongkok, India, Hong Kong, Singapura, Thailand, dan Indonesia. Meski responden lebih memilih uang tunai, kesadaran metode pembayaran yang baru juga tinggi.
Setengah dari responden itu mengenal dompet digital. Sebanyak 23 persen responden mengatakan, kalau mereka tahu pembayaran menggunakan kartu kredit dan debit. Sementara 23 persen responden lainnya mengerti pembayaran lewat ponsel pintar.
"Ada banyak kesadaran akan dompet digital, namun penggunaan jauh lebih rendah. Ada celah yang besar," ujar Rohan Mahadevan, Wakil Presiden Direktur PayPal untuk Asia Pasifik, seperti dikutip dari laman CNBC, Rabu (30/8/2017).
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Alasan Orang Lebih Suka Pembayaran Tunai
Mahadevan menyatakan, sejumlah alasan mengapa banyak orang masih lebih suka menggunakan uang tunai. Pertama tidak ada cukup informasi tentang setiap metode pembayaran digital dan sistem pembayaran lewat aplikasi.
"Namun banyak orang tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang dilakukan setiap opsi pembayaran dan nilai apa yang diberikannya," ujar Mahadevan.
Kedua, Ia menambahkan, kompleksitas pemasangan dompet digital dan pembayaran online-nya juga perlu pengamanan tambahan. Itu membuat orang tidak menggunakannya.
"Kekhawatiran juga menjadi prioritas. Pengguna bertanya-tanya apakah catatan keuangan mereka akan disimpan dengan aman," kata dia.
Apalagi baru-baru ini ada serangan siber yang dilakukan peretas. Ini juga mengganggu kepercayaan untuk menggunakan dompet digital.
Oleh karena itu, Mahadevan menuturkan, perlu usaha dari pemerintah dan sektor swasta untuk mendidik pengguna soal pilihan pembayaran digital.
Selain itu, menurut dia, penyedia layanan juga perlu menyederhanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendaftar ke dompet digital sehingga tetap mudah digunakan dan aman. Insentif juga perlu diberikan agar dapat mendorong penggunaan transaksi lewat dompet digital.
Advertisement