‎BPS: Pemerintah Luar Biasa Kendalikan Harga Pangan

Kepala BPS, Suhariyanto menilai, deflasi bahan makanan pada 2017 menjadi prestasi pemerintah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Sep 2017, 14:45 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2017, 14:45 WIB
Harga pangan di Pasar Senen Jakarta Pusat terpantau naik Dua pekan menjelang puasa. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)
Harga pangan di Pasar Senen Jakarta Pusat terpantau naik Dua pekan menjelang puasa. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Agustus 2017 tercatat deflasi 0,07 persen. ‎Capaian tersebut karena pemerintah berupaya menjaga harga pangan dan bukan karena pelemahan daya beli masyarakat.

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎kondisi pasca lebaran Idul Fitri, harga-harga pangan dan barang lebih terkontrol, meskipun pemerintah tetap harus waspada.

"Upaya pemerintah untuk menjaga harga pangan luar biasa di tahun ini. Deflasi bahan makanan tahun ini prestasi pemerintah," tegas Kecuk di kantornya, Jakarta, Senin (4/9/2017).

Untuk diketahui, bahan makanan mengalami deflasi 0,67 persen dengan andil 0,14 persen. Adapun komoditas pangan yang dominan menyumbang deflasi, yakni penurunan harga bawang merah dan bawang putih.

Kecuk menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian terkait mengeluarkan beberapa kebijakan, seperti membentuk Tim Satgas Pangan, dan teranyar Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras yanag mulai berlaku 1 September 2017.

"Di Januari-Juli ada pengaruh inflasi dari administered prices, yakni pencabutan subsidi listrik 900 VA. Sehingga pengontrolan harga pangan oleh pemerintah mampu mengompensasi dampak inflasi dari kebijakan listrik," ujar dia.

Kecuk menampik jika deflasi 0,07 persen di Agustus ini karena pelemahan daya beli masyarakat. Alasannya, pertumbuhan konsumsi masyarakat di kuartal II-2017 tetap tumbuh 4,95 persen atau lebih kuat dibanding kuartal I sebelumnya 4,94 persen.

"Daya beli masih kuat, jadi deflasi ini bukan karena penurunan daya beli atau permintaan turun. Secara nominal, konsumsi rumah tangga per kapita juga naik," tutur dia.

"Kalau pemerintah tidak betul-betul menjaga harga dengan berbagai kebijakan dari Kemendag dan Kementerian Pertanian, harga bahan pangan tentu akan bergerak liar seperti tahun sebelumnya," ‎Kecuk menegaskan.

Ia optimistis pemerintah akan mencapai target inflasi sebesar 4,3 persen di akhir tahun ini. "BPS tidak buat prediksi. Tapi saya optimistis target tercapai, tapi tetap hati-hati di Desember karena ada Natal dan liburan," kata Kecuk.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

BPS: Deflasi Agustus Capai 0,07 Persen

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat deflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini berbeda dengan perkiraan akan terjadi inflasi.

Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,53 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,82 persen.

"Agustus ini deflasi 0,07 persen lebih rendah dibandingkan deflasi Agustus 2016, dan Agustus 2015 inflasi 0,39 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin 4 September 2017.

Ia mengatakan, penyumbang deflasi antara lain bahan makanan terjadi deflasi 0,67 persen dengan andil 0,14 persen. Kemudian transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen dengan andil deflasi 0,10 persen.

Ia menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 47 kota alami deflasi, dan 35 kota alami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon mencapai 2,08 persen. Sedangkan deflasi terendah di Samarinda sebesar 0,03 persen.

Untuk inflasi tertinggi, terjadi di Lhouksemawa mencapai 1,09 persen. Sedangkan inflasi terendah di Batam mencapai 0,01 persen.

"Diharapkan inflasi terjaga sampai akhir tahun. Yang perlu waspada Desember ada natal dan tahun baru," kata Suhariyanto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya