Mendag Harap Deflasi Berlanjut pada September

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menuturkan, deflasi diharapkan dapat dorong daya beli masyarakat.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Sep 2017, 14:54 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2017, 14:54 WIB
Skema Imbal Beli Sukhoi SU-35
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menuturkan, deflasi diharapkan dapat dorong daya beli masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berharap deflasi yang terjadi pada Agustus lalu berlanjut hingga September ini. Dengan deflasi diharapkan berdampak positif pada daya beli masyarakat.

Enggartiasto mengungkapkan, pihaknya mengapresiasi deflasi yang terjadi pada Agustus. Hal tersebut menjadi bukti dari upaya pemerintah menjaga kestabilan harga pangan.

‎"Kita mensyukuri. Satu catatan, kalau kami tidak melakukan itu dengan HET (harga eceran tertinggi), salah satu instrumennya, gejolak harga mungkin terjadi. Tapi ini semua pihak, pak mentan dia berproduksi, dari sisi suplai terjaga, kita dengan KPPU, Satgas Pangan melototin, semuanya kerja sama sehingga itu terjadi. Dari sisi kita bahan makanan dan sebagainya itu terjadi deflasi," ujar dia di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (5/9/2017).

‎Enggartiasto berharap, deflasi ini bisa terus berlanjut pada September. Dengan demikian artinya harga pangan tetap stabil di bulan ini.

"Saya mengharap pada September terjadi deflasi lagi dari bahan makanan. Dan kita tidak ada kenaikan administered price lagi," lanjut dia.

Dengan deflasi ini, kata dia, diharapkan mampu mendorong daya beli masyarakat. Jadi deflasi mampu memberikan dampak positif secara langsung kepada masyarakat.

"Jadi dengan deflasi dan inflasi yang rendah, daya jamin masyarakat terjamin. Itu yang presiden kehendaki. Dan nilai tukar petani meningkat. Ini yang positif," ujar dia.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Agustus Deflasi 0,07 Persen

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat deflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini berbeda dengan perkiraan akan terjadi inflasi.

Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,53 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,82 persen.

"Agustus ini deflasi 0,07 persen lebih rendah dibandingkan deflasi Agustus 2016, dan Agustus 2015 inflasi 0,39 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin (4/9/2017).

Ia mengatakan, penyumbang deflasi antara lain bahan makanan terjadi deflasi 0,67 persen dengan andil 0,14 persen. Kemudian transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen dengan andil deflasi 0,10 persen.

Ia menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 47 kota alami deflasi, dan 35 kota alami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon mencapai 2,08 persen. Sedangkan deflasi terendah di Samarinda sebesar 0,03 persen.

Untuk inflasi tertinggi terjadi di Lhouksemawa mencapai 1,09 persen. Sedangkan inflasi terendah di Batam mencapai 0,01 persen.

"Diharapkan inflasi terjaga sampai akhir tahun. Yang perlu waspada Desember ada natal dan tahun baru," kata Suhariyanto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya