BI: Deflasi Agustus Bukan karena Daya Beli Turun

Jika inflasi ini dapat terjaga pada empat bulan ke depan, maka inflasi nasional bisa ditekan pada kisaran 4 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Sep 2017, 14:27 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2017, 14:27 WIB
20160819-Gubernur BI Berikan Keterangan Soal Triwulan II 2016
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo (batik hitam) saat akan memberikan keterangan pers di Jakarta,(19\8). Hasil Rapat Dewan Gubernur BI mencatat triwulan II 2016 mempertahankan 7 days Repo Rate sebesar 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) membantah jika deflasi pada Agustus 2017 disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat. Deflasi sebesar 0,07 persen ini disebut sebagai dampak dari terjaganya harga komoditas pangan.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, BI memang belum melakukan kajian khusus terkait deflasi pada Agustus lalu. Namun, dirinya memperkirakan deflasi ini berkaitan erat dengan harga pangan yang lebih terkendali pasca-Ramadan dan Lebaran.

"Kami belum sempat lakukan kajian khusus. Tetapi terkait inflasi kita sudah melihat ada potensi itu. Dan yang kita lihat adalah deflasi 0,07 persen, ya. Itu tercermin dari beberapa harga barang atau jasa yang terkoreksi setelah lewat periode Ramadan dan Lebaran," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (5/9/2017).

Agus juga membantah jika inflasi yang rendah bahkan hingga terjadi deflasi ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang tengah menurun. Menurut dia, yang terjadi di masyarakat bukan penurunan daya beli, melainkan pergeseran pola konsumsi.

"Tidak, itu adalah lebih area yang secara core dikendalikan dan lebih bisa dikendalikan BI. Kalau terkait konsumsi kita sama-sama mengikuti bahwa konsumsi kita ada pergeseran ke kuartal III, karena di kuartal II terlihat bahwa kalau dibandingkan kuartal II tahun lalu itu ada penurunan. Jadi, kita mengharapkan di semester II ini akan ada perbaikan," kata dia.

Terlepas dari hal ini, Agus menyatakan jika inflasi yang terjadi selama ini masih sesuai dengan apa yang diperkirakan. Dan jika inflasi ini dapat terjaga pada empat bulan ke depan, maka inflasi nasional bisa ditekan pada kisaran 4 persen.

"Jadi ini menunjukkan bahwa inflasi kita akan sesuai dengan target dan memang kita mesti menjaga periode September sampai Desember. Kalau ini terjaga maka inflasi akan ada di kisaran 4 persen," tandas dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

BPS

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat deflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini berbeda dengan perkiraan akan terjadi inflasi.

Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,53 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,82 persen.

"Agustus ini deflasi 0,07 persen lebih rendah dibandingkan deflasi Agustus 2016, dan Agustus 2015 inflasi 0,39 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto kemarin.

Penyumbang deflasi antara lain bahan makanan terjadi deflasi 0,67 persen dengan andil 0,14 persen. Kemudian transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen dengan andil deflasi 0,10 persen.

Dari 82 kota IHK, tercatat 47 kota mengalami deflasi, dan 35 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon mencapai 2,08 persen, sedangkan deflasi terendah di Samarinda sebesar 0,03 persen.

Untuk inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe mencapai 1,09 persen, sedangkan inflasi terendah di Batam mencapai 0,01 persen.

"Diharapkan inflasi terjaga sampai akhir tahun. Yang perlu waspada Desember ada Natal dan tahun baru," kata Suhariyanto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya