Liputan6.com, New York - Harga minyak naik lebih dari satu persen seiring pembukaan kembali kilang minyak di Gulf Coast, Amerika Serikat (AS) usai aktivitas kilang turun akibat Badai Harvey dan penyulingan minyak global yang kuat.
Akan tetapi, pelaku pasar juga tetap waspada seiring kehadiran Badai Irma yang masuk daftar lima badai Atlantik paling kuat dalam 80 tahun terakhir. Badai Irma meningkatkan kekhawatiran lumpuhnya permintaan dan kekurangan bahan bakar.
Selain itu ada juga badai tropis lainnya yaitu Badai Jose yang menuju Karibia. Harga minyak Brent pun menguat 82 sen ke posisi US$ 54,20 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 50 sen menjadi US$ 49,16 per barel. Harga minyak sedikit berubah usai data industri Amerika Serikat menunjukkan kenaikan untuk stok minyak.
Advertisement
Baca Juga
"Semua orang hanya bergulat dengan serentetan badai yang berada di teluk," ujar John Kilduff, Partner Again Capital seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (7/9/2017).
Kini banyak kilang, jaringan pipa dan pelabuhan kembali dibuka usai tutup selama 10 hari karena Badai Harvey. Tercatat kapasitas penyulingan mencapai 3,8 juta barel per hari dibandingkan saat puncak badai mencapai 4,2 juta barel per hari.
Philips 66 kembali mulai aktivitas kilang. Diharapkan aktivitas tersebut berproduksi penuh pada September."Kilang kembali beroperasi di kawasan teluk," ujar Killduff.
Infrastruktur energi di kawasan teluk dan Karibia bersiap untuk hadapi Badai Irma. BP Plc mengatakan akan evakuasi personil dari Teluk Meksiko. Sedangkan Buckeye Partners telah menutup terminal minyak di Yabucoa, Puerto Rico.Kapasitas penyulingan minyak mencapai 250 ribu barel per hari di Republik Dominika dan Kuba juga terletak pada jalur langsung dilalui Badai Irma.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: