BI Prediksi Deflasi Kembali Terjadi di September

Perkiraan deflasi pada Septmber berdasarkan harga pangan di masyarakat yang masih stabil

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Sep 2017, 14:47 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2017, 14:47 WIB
20151103-Ilustrasi Deflasi-iStockphoto
Ilustrasi Deflasi (iStockphoto)
Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada September kembali deflasi. Hal ini mengacu pada hasil survei Bank Indonesia pada minggu ke tiga, laju angka IHK cukup terkendali.
 
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, perkiraan deflasi berdasarkan harga pangan di masyarakat yang masih stabil. Ketersediaan pasokan bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya juga sangat mewadahi.
 
 
"Saya menyambut baik ketika kita melakukan survei, itu yang namanya inflasi minggu ketiga 0,02. Itu membuat kita berpotensi membuat kita deflasi, kan 0,02 tergolong rendah," ungkap Agus di Hotel Intercontinental, Bandung, Kamis (28/9/2017).
 
 
Untuk menjaga laju IHK terserbut, Bank Indonesia melalui Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) akan terus meningkatkan komunikasi dengan pemerintah. Memang secara tren laju IHK di bulan September cukup rendah.
 
Hanya saja yang perlu diwaspadai adalah laju IHK mendekati akhir tahun yang biasanya mulai menunjukkan kenaikan, sehingga berpotensi menimbulkan inflasi. "Jadi kita tetap yakin inflasi di akhir tahun nanti akan berada di kisaran 4 plus minus 1 persen," tegas Agus.
 
 

Deflasi Agustus 0,07 Persen

Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat deflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini berbeda dengan perkiraan akan terjadi inflasi.

Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,53 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,82 persen.

"Agustus ini deflasi 0,07 persen lebih rendah dibandingkan deflasi Agustus 2016, dan Agustus 2015 inflasi 0,39 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto.

Ia mengatakan, penyumbang deflasi antara lain bahan makanan terjadi deflasi 0,67 persen dengan andil 0,14 persen. Kemudian transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen dengan andil deflasi 0,10 persen.

Ia menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 47 kota alami deflasi, dan 35 kota alami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon mencapai 2,08 persen. Sedangkan deflasi terendah di Samarinda sebesar 0,03 persen.

Untuk inflasi tertinggi terjadi di Lhouksemawe mencapai 1,09 persen. Sedangkan inflasi terendah di Batam mencapai 0,01 persen.

"Diharapkan inflasi terjaga sampai akhir tahun. Yang perlu waspada Desember ada natal dan tahun baru," kata Suhariyanto. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya