Strategi PLN Kembangkan Energi Baru Terbarukan

PT PLN (Persero) terus mengembangkan energi baru terbarukan untuk memasok listrik hingga pelosok daerah di Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Sep 2017, 17:45 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2017, 17:45 WIB
20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Pekerja menyelesaikan pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi baru terbarukan yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) terus mengembangkan energi baru terbarukan untuk memasok listrik hingga pelosok daerah di Indonesia.

Mengutip data PLN, Sabtu (30/9/2017), PLN memiliki strategi untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Hal ini sebagai upaya mendorong kontribusi energi terbarukan bisa mencapai 23 persen dalam bauran energi primer pada 2025.

Adapun strateginya antara lain:

Pertama, pengembangan pembangkit EBT tetap memperhatikan keseimbangan supply dan demand, kesiapan sistem dan keekonomian.

Kedua, PLN akan memanfaatkan sumber energi terbarukan dari jenis energi aliran dan terjunan air, energi panas bumi termasuk skala kecil modular, biofuel, energi angin, sinar matahari, biomassa dan sampah. Selain itu, PLN juga mendukung upaya renewable energy based on industrial development/Re-Bid.

Ketiga, khusus mengenai PLTS, PLN mengembangkan centralized PV dan untuk melistriki banyak komunitas terpencil yang jauh dari grid pada daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara tetangga dan pulau-pulau terluar lainnya.

Keempat, PLTS hybird dengan PLTD, diprioritaskan untuk daerah yang jam nyalanya rendah atau di bawah 12 jam per hari terutama di Indonesia Timur. Kelima, pemakaian biofuel untuk PLTD eksisting.

PLN berencana menambah kapasitas pembangkit dengan energi terbarukan sebesar 453 MW pada 2017. Demikian juga pada 2018, kapasitas pembangkit EBT bertambah 453 MW. Sedangkan 2019 mencapai 1.282 MW.

Sebelumnya, Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati pernah menuturkan, pihaknya berkomitmen mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Untuk mengembangkan energi terbarukan tersebut, PLN wajib memastikan cukupnya pasokan listrik ke masyarakat. Kemudian, kehandalan pembangkit listrik. "Pasokan listrik cukup juga harus handal," kata Nicke.

Selain itu, kebutuhan listrik mudah diakses sehingga jaringan listrik juga mesti terjangkau. Nicke menambahkan, harganya juga bisa terjangkau sehingga dapat dinikmati masyarakat.

"Kemudian suisnability pasokan. Suisnability renewable penting," kata Nicke saat ditemui pada acara groundbreaking PLTP Tulehu, Tulehu, Maluku Tengah, 21 Juni 2017.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Alasan PLN Pilih Diesel untuk Terangi Wilayah Terpencil

Sebelumnya, PT PLN (Persero) terpaksa masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) untuk melistriki wilayah terpencil, karena pembangkit tersebut bisa mengalirkan listrik dengan cepat.

Direktur Pengadaan Strategis II PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, untuk menerangi wilayah terpencil cepat, pembangkit yang hanya bisa digunakan adalah PLTD yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

"Enggak, karena memang pulau terpencar, jadi masih belum bisa pembangkit lain, karena kita ingin cepat,"‎ kata Iwan, di Jakarta, Jumat 29 September 2017.

Menurut Iwan, untuk mengurangi penggunaan BBM, PLN akan menerapkan sistem hybrid, yaitu mengkolaborasikan pembangkit diesel dengan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) ‎yang sesuai dengan potensi energi di wilayah masing-masing. Namun, penerapan sistem tersebut membutuhkan waktu cukup lama. Karena itu, PLTD dibangun terlebih dahulu.

"Jadi memang paling bagus kearifan lokal. Jadi kalau ada EBT digabung solar, digabung angin atau apa. Terus baru diesel sebagai hybrid rencananya ke sana, tapi kasihan masyarakat nunggu terlalu lama, jadi diesel dimasukkan dulu," jelas Iwan.

Iwan pun mengungkapkan, mengapa PLN tidak memilih Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLT‎G) untuk melistrik pulau terpencil, karena biaya angkut gas jauh lebih mahal dan pasokannya belum pasti tersedia.

‎"Karena ngangkut gasnya lebih mahal, nanti dikombinasi dengan solar," tutur Iwan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya