Liputan6.com, Jakarta - Maraknya investasi bodong belakang ini membuat masyarakat resah. Bagaimana tidak, hal tersebut membuat masyarakat kehilangan tabungan atau harta.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menduga, maraknya korban investasi bodong karena imbas dari penurunan suku bunga. Wimboh menerangkan, pemerintah saat ini tengah menekan suku bunga. Hal ini dilakukan supaya Indonesia menjadi semakin kompetitif.
Advertisement
Baca Juga
"Itu kenapa terjadi, pertama ini implikasi kepada kondisi ekonomi yang kita tekan suku bunga harus turun. Karena negara kita harus kompetitif ke depannya," kata dia dalam Diskusi Publik GK Center Waspada Investasi: Bagaimana Menghindari Penipuan Investasi di Jakarta, Sabtu (7/10/2017).
Dengan suku bunga rendah, maka orang tak perlu meminjam uang ke luar negeri. Menurutnya, suku bunga di luar negeri relatif rendah. "Suku bunga itu harus murah, kalau tidak orang pinjam lebih banyak ke luar negeri. Dengan 3-4 persen, paling mahal 6 persen. Di Indonesia di atas 13-15 persen kalau bagus-bagus itu betul 9 persen," ujar dia.
Namun, dia menuturkan, penurunan suku bunga akhirnya berdampak pada penurunan bunga deposito. Alhasil, pendapatan di deposito semakin berkurang. "Implikasinya orang punya deposito pendapatannya rendah, kalau rendah tergiur informasi investasi yang pendapatan yang tidak umum," ujar dia.
Alhasil, masyarakat pun terjerumus pada investasi bodong. Itu pun ditambah minimnya pengetahuan terkait investasi yang legal. "Tapi karena masyarakat ini tidak paham, risikonya apa, ini resmi atau tidak lembaga yang menawarkannya, produknya terintegrasi atau tidak," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: