Baru Dipecat? Ini Cara Bijak Mengatur Uang Pesangon

Berikut cara mengelola pesangon secara bijak setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 06 Jan 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2018, 08:00 WIB
PHK
Ilustrasi: PHK Karyawan (Sumber: IEEE Spectrum)

Liputan6.com, Jakarta - Apakah akhir tahun kemarin Anda baru saja menerima gaji terakhir plus sejumlah uang pesangon lantaran kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan? Tidak perlu panik, ingat bahwa langit belum runtuh sepenuhnya.

Masih ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk mempersiapkan masa tidak tenang ini. Paling tidak Anda mesti menyiapkan dan menyesuaikan beberapa agenda finansial baru. Antara lain mengatur dan menyesuaikan pengeluaran, dan mencari pengganti penghasilan yang hilang.

Anda juga dapat melunasi utang (jika ada) dan menghindari pinjaman yang bersifat konsumtif. Serta memanfaatkan dana pesangon dari perusahaan.

Dana yang Anda terima dari perusahaan merupakan uang terakhir yang diberikan perusahaan. Oleh karena itu, Anda mesti mengelola pesangon dengan sebaik-baiknya.

Hal terpenting yang perlu dilakukan segera setelah terkena PHK adalah menurunkan gaya hidup dan segera mencari sumber pemasukan baru. Karena berapa pun uang pesangon yang diterima, jika tidak dikelola dengan sangat hati-hati tentu akan cepat habis. Tentunya hal ini akan sangat gawat bukan?

Lalu, bagaimana ya cara untuk mengelola pesangon secara bijak? Jika Anda penasaran, yuk ikuti paparan Danaxtra berikut ini:

1. Atur Budget

Setelah Anda menerima pesangon, hal pertama yang wajib dilakukan adalah mengatur budget. Lakukan alokasi untuk kebutuhan belanja selama 3 bulan ke depan.

Asumsinya, dalam 3 bulan Anda sudah bisa mendapatkan sumber penghasilan baru. Budget Anda untuk konsumsi selama 3 bulan (termasuk cicilan utang seperti KPR atau kartu kredit) adalah 70 persen dari total pesangon. Sisanya, alokasikan sebagai tabungan dan investasi.

 Simak video pilihan di bawah ini:

Sisihkan Dana Cadangan

2. Sisihkan Dana Cadangan

Dana cadangan perlu Anda sisihkan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama mencari pekerjaan baru atau penghasilan pengganti yang sifatnya tetap dan rutin setelah PHK terjadi. Besarnya dana cadangan bisa diambil dari uang pesangon. Misalnya, 6-12 kali pengeluaran per bulan.

Contoh, jika uang pesangon yang Anda terima sebesar Rp 200 juta, dan pos pengeluaran Anda per bulan mencapai Rp 10 juta, maka porsi dana cadangan yang harus Anda sisihkan dari uang pesangon tadi antara Rp 60-120 juta.

 

3. Isi Tabungan

Sisihkan uang pesangon untuk biaya hidup minimal 3 bulan ke depan dalam bentuk tabungan, sebab Anda bisa mengambilnya sewaktu-waktu.

Gunakan sebaik dan sebijak mungkin, serta benar-benar untuk biaya hidup sehari-hari. Jangan sampai untuk hal-hal di luar itu.

Kendati perputaran uang tidak terlalu signifikan dibanding investasi, namun cara ini relatif lebih aman ketimbang menyimpan uang kontan di rumah.

Deposito

Langsung potong 20-30 persen dana untuk kebutuhan investasi. Untuk investasi, gunakan instrumen yang kurang likuid, seperti deposito.

Cari deposito yang menawarkan jangka waktu pendek. Fungsi investasi ini juga menjadi dana cadangan jika rencana selama 3 bulan tidak berjalan dengan baik.

Bunga deposito memang tidak sebesar return investasi lainnya, namun tujuan menyimpan di deposito adalah untuk menyambung hidup Anda selama belum memperoleh pekerjaan atau pemasukan yang menyamai penghasilan Anda terakhir kali.

Menyimpan uang di deposito selain menghasilkan bunga lumayan, dan juga tak mudah diambil. Jika menarik uang deposito di luar waktu jatuh tempo, bisa dikenai penalti. Lagipula jika menyimpan sisa uang pesangon di tabungan, besar kemungkinan Anda tergoda untuk memakai uang tadi.

 

5. Lunasi Utang Jangka Pendek dan Cicilan

Turunkanlah pengeluaran rutin bulanan, maksimal 80 persen dari gaji Anda saat masih bekerja. Cara ini sudah termasuk (bila ada) cicilan KPR dengan total alokasi sebesar 48 persen dari pesangon. Siapkan dana ini minimal untuk 3 bulan ke depan.

Setelah itu, segera lunasi (bila ada) utang kartu kredit. Namun jika dana tidak mencukupi, tekanlah pokok utang tersebut dan cicilah seluruh utang kartu kredit Anda sebesar 15 persen dari gaji saat Anda bekerja. Siapkan dana ini minimal untuk 3 bulan ke depan.

Turunkan Gaya Hidup Anda

Setelah uang pesangon ada di tangan, Anda harus segera menurunkan gaya hidup dan segera mencari sumber pemasukan baru. Sebab, berapa pun dana pesangon yang diterima akan cepat habis jika tidak dikelola dengan sangat hati-hati.

Sesuaikan tingkat konsumsi dengan kondisi keuangan. Jika perlu, tekan pengeluaran hingga maksimal 80 persen dari konsumsi normal.

Caranya, dalam 3 bulan ini kuantitas makanan, terutama jajanan (di luar makanan pokok) harus Anda turunkan. Hilangkan belanja sekunder maupun tersier seperti nonton film, makan di restoran, atau belanja pakaian di mal. Anda harus mampu menetapkan prioritas keuangan dalam kondisi sulit seperti ini.

 

7. Investasi Sisa Dana

Sebagian sisa dana pesangon Anda sebaiknya dialokasikan untuk investasi, sambil berusaha mencari pekerjaan baru, mengalokasikan dana untuk kebutuhan sehari-hari dan mencicil utang. Dengan demikian, uang pesangon tidak habis dalam sekejap untuk dikonsumsi.

Sisihkanlah minimal 15 persen dari pesangon untuk investasi jangka pendek, menengah atau panjang, tergantung kebutuhan Anda. Tempatkanlah pada instrumen investasi yang tepat. Pilihlah salah satu di antara jenis investasi seperti reksadana, emas, atau properti.

Investasi berbeda dengan tabungan atau deposito yang hanya berbunga sedikit dan tak cukup untuk membendung laju inflasi. Investasi reksadana misalnya, pada umumnya akan menghasilkan keuntungan yang lebih dari inflasi.

Namun harus diingat bahwa investasi memiliki prinsip, yakni risiko berbanding lurus dengan keuntungan. Maka dari itu, makin kecil risiko, berarti makin sedikit keuntungan yang bisa diraih. Carilah informasi sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan berinvestasi.

Mulai Usaha Baru

Ini adalah "plan B" atau rencana cadangan. Saat dalam 3 bulan ini Anda belum memiliki penghasilan yang sepadan dengan pekerjaan lama, Anda harus menjalankan rencana cadangan, seperti mencari sumber penghasilan baru melalui bisnis. Dimulai dari usaha kecil-kecilan, dan jalani sesuai dengan minat dan kompetensi Anda.

Misalnya, jika Anda mantan karyawan perusahaan consumer goods, sebaiknya Anda membuka warung atau toko kelontong ketimbang membuka apotek. Dunia perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari tentu lebih Anda kuasai ketimbang menjalankan bisnis farmasi yang tidak Anda kenal sebelumnya.

Alokasikanlah 20 persen dari total uang pesangon untuk modal usaha. Uang pesangon untuk alokasi ini sudah termasuk untuk cadangan tambahan modal minimal 3 bulan. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga jika hasil usaha Anda tidak sesuai dengan perencanaan.

Jika rencana mencari pekerjaan baru selama 3 bulan tidak lancar, begitu juga dengan usaha yang masih kembang-kempis, maka jalan selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah menjual aset. Anda bisa menjual motor, mobil, atau benda berharga lainnya yang likuid untuk modal tambahan bisnis. Namun ini merupakan jalan paling akhir.

 

9. Bergabung dengan Teman-Teman Senasib

Apabila terbentur kurang modal, cara jitu yang bisa Anda lakukan adalah mengajak teman-teman yang bernasib sama untuk bergabung membuat usaha baru.

Di samping mendapatkan modal usaha yang besar, perasaan senasib sepenanggungan akibat PHK dapat menjadi strategi menguatkan kekompakan.

Semakin Anda kreatif dan banyak ide, maka semakin terbentang jalan mulus untuk menyongsong masa depan yang cerah. PHK bukan berarti berhenti berusaha. Tetap semangat!

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya