Harga Minyak Dekati Level Tertinggi dalam 3 Tahun

Tanda-tanda pengetatan pasar setelah harga minyak melemah selama tiga tahun telah memperkuat kepercayaan di antara para pedagang dan analis.

oleh Nurmayanti diperbarui 16 Jan 2018, 06:01 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2018, 06:01 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia mendekati level tertinggi dalam tiga tahun di atas US$ 70 per barel.

Ini terjadi di tengah tanda-tanda bahwa pemotongan produksi oleh OPEC dan Rusia bisa memperketat pasokan, meskipun para analis memperingatkan adanya dampak dari lonjakan produksi minyak di Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Reuters, Selasa (16/1/2018), harga minyak patokan internasional Brent terakhir diperdagangkan 29 sen lebih tinggi menjadi US$ 70,16, setelah sempat naik ke level tertinggi US$ 70,37 per barel di awal sesi.

Sementara harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menguat 51 sen menjadi US$ 64,81 per barel. Kedua patokan minyak tersebut mencapai level yang tidak terlihat sejak Desember 2014, meski perdagangan berlangsung tipis karena libur di Amerika Serikat.

Kebijakan pemotongan produksi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan produsen lainnya telah memberikan dampak besar terhadap harga minyak.

Tanda-tanda pengetatan pasar setelah harga melemah selama tiga tahun telah memperkuat kepercayaan di antara para pedagang dan analis.

"Ini mengejutkan banyak orang dan saya pikir (harga) akan berkelanjutan. Kami melihat kenyataan permintaan yang kuat dan penurunan pasokan," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.

Bank of America Merrill Lynch pada hari Senin menaikkan perkiraan harga Brent pada 2018 menjadi US$ 64 per barel dari US$ 56. Perusahaan juga meramalkan adanya defisit produksi minyak 430 ribu barel minyak per hari (bpd).

"OPEC dan produsen non-OPEC tetap berkomitmen untuk mengurangi produksi pada saat yang sama permintaan minyak dunia terus meningkat," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

 

Harga Bisa Turun

Namun, beberapa analis telah memperingatkan bahwa laju harga minyak sebesar 13 persen sejak awal tahun ini bisa turun karena pemeliharaan kilang global dan meningkatnya produksi dari Amerika Utara.

Perusahaan energi AS juga menambahkan 10 rig minyak yang beroperasi pada 12 Januari, sehingga total yang beroperasi menjadi 752, menurut keterangan perusahaan jasa energi Baker Hughes (GE.N) pada hari Jumat. Ini menjadi kenaikan terbesar sejak Juni 2017.

Di Kanada, perusahaan energi hampir melipatgandakan jumlah pengeboran rig minyaknya pada minggu lalu sehingga menjadi 185, tingkat tertinggi dalam 10 bulan.

Konsultasi yang berbasis di Wina, JBC Energy memperkirakan produksi minyak AS akan tumbuh 600 ribu bph pada kuartal pertama 2018 dibandingkan tahun sebelumnya.

"Dari perspektif fundamental, lonjakan uang bantuan di AS berhasil menghasilkan tanda merah yang jelas bagi kami," jelas dia

Namun Flynn mengatakan kenaikan yang cepat pada output minyak AS masih tidak begitu jelas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya