Barter Sukhoi dengan Komoditas Untungkan Neraca Perdagangan RI

Kemendag menyatakan rencana barter antara Indonesia dan Rusia masih menunggu penandatanganan kontrak utama.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Jan 2018, 20:42 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2018, 20:42 WIB
Panglima dan Kapolri Saat Naik Sukhoi
Tiga pesawat Sukhoi saat mengudara di langit Jakarta, Rabu (20/12). Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kasad Jenderal Mulyono dan Kasal Laksamana Ade Supandi menjajal pesawat tersebut. (Liputan6.com/Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan saat ini rencana imbal dagang (barter) antara Indonesia dan Rusia masih menunggu penandatanganan kontrak utama. Meski belum juga terealisasi, namun barter pesawat Sukhoi dengan komoditas tersebut akan menguntungkan Indonesia.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu penandatanganan kontrak utama sebagai tindak lanjut dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya.

Menurut dia kepastian soal kontrak utama ini merupakan kewenangan Kementerian Pertahanan (Kemenhan).‎"Untuk imbal dagang, kita menunggu kontrak utamanya. Jadi kita nunggu kontrak utama," ujar dia di Jakarta, Kamis (25/1/2018).

Namun terlepas dari hal tersebut, lanjut Oke, jika barter ini jadi direalisasikan maka akan memberikan dapat positif bagi neraca perdagangan Indonesia. Sebab, Rusia otomatis akan mengimpor komoditas asal Indonesia yang masuk dalam kesepakatan tersebut.

"Saya juga nunggu-nunggu itu (kontrak utama). Karena itu akan sangat membantu Kementerian Perdagangan untuk menjaga suplus neraca perdagangan secara makro. Ini tidak perlu susah-susah harus promosi, harus pameran, ini tinggal kamu (Rusia) pilih deh (komoditasnya)," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tunggu Kontrak Kemenhan

Panglima dan Kapolri Saat Naik Sukhoi
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengacungkan jempol di atas pesawat Sukhoi sebelum lepas landas di landasan pacu Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (20/12). (Liputan6.com/Pool/Agus)

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan, perjanjian imbal dagang antara Kemendag dengan Rusia tidak akan berjalan tanpa kontrak pembelian pesawat tempur Sukhoi diteken antara Kemenhan dan Rusia.

"Sementara ini masih menunggu kontrak utama ditandatangan. Imbal dagang tidak jalan kalau kontrak pembelian sukhoinya tidak ditandatangan. Jadi bolanya ada di Kemenhan," ujar Oke dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu (7/1/2018).

Karena masih menunggu ditekennya kontrak pembelian Sukhoi SU-35 oleh Kemenhan, Oke tidak dapat memastikan kapan bisa terlaksananya perjanjian imbal dagang oleh Kemendag dan Rusia.

Mengingat skema yang digunakan imbal dagang, maka Indonesia mendapat potensi ekspor sebesar 50 persen atau senilai US$ 570 juta atau sekitar Rp 7,69 triliun.

Rusia akan membeli lebih dari satu komoditas ekspor Indonesia dengan pilihan karet olahan dan turunannya, CPO dan turunannya, mesin, kopi dan turunannya, kakao dan turunannya, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, kopra, plastik dan turunannya, resin, kertas, rempah-rempah, produk industri pertahanan, serta produk lainnya.

"Imbal dagangnya 50 persen. Nanti komoditasnya dirundingkan lagi setelah kontrak (pembelian oleh Kemenhan) ditandatangan," Oke menuturkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya