Mendag Ingin Perdagangan RI Berbasis Digital

Nilai ekonomi digital pada 2015 mencapai US$ 3,5 triliun atau 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 31 Jan 2018, 14:46 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2018, 14:46 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menilai Indonesia perlu melakukan terobosan dan menyusun strategi dalam menghadapi persaingan di pasar dunia. Salah satunya dalam sektor digital.

Ini dia sampaikan saat rapat kerja (Raker) Kementerian Perdagangan 2018 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (31/1/2018).

Dia mengungkapkan, nilai ekonomi digital pada 2015 mencapai US$ 3,5 triliun atau 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Nilai ini diprediksi meningkat sebesar 11 persen per tahun dalam lima tahun ke depan.

Sebab itu dia berharap sistem perdagangan berbasis digital ke depan harus terus diupayakan, demi meraih nilai ekonomi tersebut.

"Ekonomi digital telah membuka peluang baru dalam bidang perdagangan, serta menjembatani kepentingan produsen, konsumen, dan pasar tanpa dibatasi ruang dan waktu. Untuk itu kebijakan terpadu sangat dibutuhkan agar pengembangan ekonomi digital dapat menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi nasional," kata Mendag.

Upaya meningkatkan kinerja perdagangan nasional, Enggar mengaku telah menyelaraskan tiga mandat Presiden Joko Widodo di bidang perdagangan dengan teknologi informasi dan komunikasi.

Ketiga mandat itu adalah menjaga ketersediaan dan stabilitas harga bahan pokok dan barang penting. Serta mengutamakan penyerapan produk dalam negeri, meningkatkan ekspor dan menjaga neraca perdagangan, juga membangun dan merevitalisasi pasar rakyat.

 

Harga dan Pasokan Pangan

Dalam mendukung stabilitas harga dan pasokan bahan pokok, Enggar menegaskan penerapan teknologi sangat penting. Seperti dalam hal basis data secara daring dan real time.

Sedangkan contoh lain penerapan teknologi yang harus dikembangkan adalah dalam hal pemasaran produk-produk dalam negeri. Dengan melalui laman pemasaran daring atau marketplace, produk dalam negeri akan lebih cepat dikenal dunia.

"Kita juga harus terus aktif melanjutkan kampanye positif atas produk-produk Indonesia, termasuk di dunia maya untuk membangun citra positif produk dari Indonesia," tegas Enggar.

Seperti diketahui, sepanjang 2017 total ekspor Indonesia mencapai US$ 168,7 miliar, dengan pertumbuhan ekspor non migas 15,8 persen dibanding 2016.

Pertumbuhan ini jauh melampaui target awal sebesar 5,6 persen. Kenaikan ekspor ini didukung kenaikan ekspor non migas dan migas masing-masing sebesar 15,8 persen dan 20,1 persen dibanding 2016.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya