BPS: Inflasi Februari 2018 Sebesar 0,17 Persen

Adapun untuk inflasi tahun kalender tercatat mencapai 0,79 persen, sedangkan inflasi dari tahun ke tahun sebesar 3,18 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Mar 2018, 11:17 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2018, 11:17 WIB
20160105-Ilustrasi-Inflasi-iStock
Ilustrasi Inflasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Februari 2018 sebesar 0,17 persen. Adapun untuk inflasi tahun kalender tercatat mencapai 0,79 persen, sedangkan inflasi dari tahun ke tahun sebesar 3,18 persen.

"Harga beberapa komoditas mengalami kenaikan di Februari. Pantauan 82 kota IHK, 55 kota inflasi, 27 kota deflasi," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/3/2018).

Menurut dia, angka inflasi ini lumayan baik saat memasuki musim hujan. Adapun pada Februari 2016 tercatat deflasi 0,09 persen. Sementara pada Februari 2017, terjadi inflasi sebesar 0,23 persen.

Dia menuturkan, inflasi tertinggi terjadi di Jayapura 1,05 persen. Sementara terendah di Palangkaraya 0,04 persen. Adapun Deflasi tertinggi di Medan 0,96 persen dan deflasi terendah di Lubuk linggau sebesar 0,02 persen. 
 
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Prediksi Inflasi

Inflasi Februari 2018 diperkirakan berada di kisaran 0,17 persen sampai 0,3 persen. Penyebab inflasi tersebut karena kenaikan harga bahan pangan, seperti beras, cabai, dan bawang.

Ekonom dari Bank Permata, Josua Pardede, memprediksi inflasi pada bulan kedua sekitar 0,17 persen (month to month/MoM) atau 3,19 persen (year on year/YoY) dibanding bulan sebelumnya.

"Pendorong inflasi Februari diperkirakan bersumber dari gejolak pangan, sementara inflasi inti cenderung manageable sebesar 2,60 persen YoY," ujar dia di Jakarta, Kamis (1/3/2018).

Inflasi dari gejolak pangan, kata Josua, diperkirakan meningkat seiring kenaikan harga komoditas pangan, antara lain beras, cabai merah keriting, cabai rawit, serta bawang merah dan bawang putih.

Sementara beberapa komoditas lain, ia menambahkan, cenderung turun, yakni daging ayam, telur ayam, dan minyak goreng curah.

Dia menambahkan, inflasi dari harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) diperkirakan terdorong kenaikan harga Pertamax masing-masing sebesar 3,3 persen MoM yang berkontribusi relatif kecil sekitar 0,01 sampai 0,02 persen.

"Dampak dari high base pada Februari 2017 seiring dengan kenaikan tarif listrik cenderung menekan inflasi administered prices pada Februari 2018," Josua menjelaskan.

Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan inflasi Februari ini sekitar 0,25 persen sampai 0,3 persen. Prediksi ini lebih rendah dari realisasi inflasi bulan sebelumnya 0,62 persen.

"Inflasi Februari ini diprediksi sebesar 0,25 persen sampai 0,3 persen. Lebih rendah dari Januari 0,62 persen, tapi lebih tinggi dari inflasi Februari 2017 yang sebesar 0,23 persen," ujar Bhima.

Lebih jauh, kata Bhima, faktor pendorong inflasi masih didominasi harga pangan, khususnya beras, cabai merah, dan bawang putih. Data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga beras medium naik 2,4 persen dibanding akhir Januari lalu. Namun, harga ayam, daging sapi, dan telur cenderung mengalami deflasi pada Februari ini.

"Faktor lain yang memengaruhi adalah tren kenaikan harga minyak dunia mendorong penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi. Otomatis inflasi harga yang diatur pemerintah akan naik. Imbasnya akan dirasakan juga pada komponen inflasi transportasi," pungkas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya