Kendalikan Inflasi, Pemerintah Harus Pastikan Ketersediaan Pangan

Harga pangan terus merangkak naik sepanjang 2017 hingga memasuki 2018.

oleh Arthur Gideon diperbarui 04 Feb 2018, 08:40 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2018, 08:40 WIB
20170524-Jelang Ramadan, Harga Sembako Stabil-Angga
Aktivitas pedagang di pasar tradisional Senen, Jakarta Pusat, Rabu (24/5). Menghadapi bulan puasa, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan bahwa harga bahan pokok di pasaran terpantau stabil. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga pangan terus merangkak naik sepanjang 2017 hingga memasuki 2018. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya produksi dalam negeri. Kenaikan harga pangan ini tentu akan mendongkrak angka inflasi. Oleh sebab itu, pemerintah harus bisa memastikan ketersediaan bahan pangan.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Novani Karina Saputri mengatakan, lima bahan pokok yang relatif mengalami kenaikan harga per satuan di bulan Mei hingga Desember 2017 adalah beras, daging sapi, garam, kedelai dan susu.

Kenaikan harga lima bahan pokok makanan ini dipicu oleh beberapa hal, di antaranya adalah kenaikan harga beras yang terbilang cukup signifikan hingga menyentuh harga di atas Rp 12 ribu per kilogram (kg).

Naiknya harga beras disebabkan oleh tingginya jumlah permintaan akan beras yang tidak dapat dipenuhi oleh jumlah beras yang diproduksi.

“Tingginya harga komoditas pangan ini disebabkan karena ketidakmampuan produksi dalam negeri untuk memenuhi jumlah permintaan konsumen di pasar sehingga membuat harga pangan konsumen menjadi melambung tinggi,” jelas Novani dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (4/2/2018).

Komoditas pangan lainnya yang mengalami kenaikan harga adalah daging sapi. Harga daging sapi mengalami kenaikan sebesar 52,7 persen di bulan Juni dan 11,37 persen di bulan Desember.

Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab melojaknya harga daging sapi di bulan tersebut adalah tingginya permintaan menjelang hari besar keagamaan yaitu Idul Fitri dan Natal serta tahun baru.

Selain itu, isu kelangkaan sapi betina produktif di wilayah Australia Utara juga menjadi pemicu lain.

Novani memaparkan, isu kelangkaan sapi betina produktif di Australia Utara harus berhadapan dengan kebijakan pemerintah dalam impor sapi, yaitu mengharuskan satu dari enam ekor haruslah berupa sapi betina. Kebijakan ini juga berpotensi menyebabkan turunnya jumlah persediaan daging sapi nasional.

Novani meminta pemerintah jangan sampai terjebak dengan ekspektasi meluasnya area panen. Pemerintah memperkirakan meluasnya area panen akan mampu meningkatkan jumlah persediaan beras di Indonesia yang pada akhirnya menurunkan harga beras di pasar.

Pemerintah lebih baik fokus memberikan kemudahan akses menuju pasar tradisional kepada para petani.

Hal ini karena pada dasarnya petani produksi beras menjual pada harga yang tergolong rendah. Panjangnya rantai distribusi beras menyebabkan harga menjadi jauh di atas harga pokok penjualan petani produksi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Inflasi Januari 2018 Tercatat 0,62 Persen

Harga Daging Sapi Diprediksi Naik Jelang Lebaran 2017
Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta, Irwandi, mengatakan, prediksi didasarkan hasil pemantauan ke sejumlah pasar di DKI Jakarta, beberapa hari belakangan, Jakarta, Kamis (22/6).(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Januari 2018 sebesar 0,62 persen. Adapun untuk inflasi tahun kalender 2018 sebesar 0,62 persen. Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun sebesar 3,25 persen.

"Inflasi Januari 2018 ini lebih rendah dibandingkan Januari 2017 yang sebesar 0,98 persen. Akan tetapi lebih tinggi dibandingkan Januari 2016 ada inflasi 0,51 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/2/2018).

BPS melaporkan dari 82 kota yang masuk dalam perhitungan, 79 kota alami inflasi, sedangkan tiga kota alami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bandar Lampung sebesar 1,42 persen. Sedangkan terendah di Tangerang sebesar 0,04 persen.

Untuk deflasi tertinggi tercatat di Jayapura sebesar 1,12 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Meulaboh sebesar 0,14 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya