Boediono Sebut Tak Percaya Krisis 10 Tahunan

Meski demikian, Mantan Wakil Presiden, Boediono mengingatkan pemerintah untuk tetap waspada karena krisis dapat datang kapan saja.

oleh Merdeka.com diperbarui 28 Mar 2018, 17:08 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2018, 17:08 WIB
Boediono Diperiksa KPK
Mantan Wakil presiden RI Boediono (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Wakil Presiden, Boediono angkat bicara soal krisis ekonomi dalam siklus 10 tahunan. Ia menyampaikan hal itu dalam acara Peluncuran Buku 'Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2017'.

"Tapi kalau tahun 2008 terjadi krisis dan akan terjadi lagi, pasti, kita tidak tahu kapan. Kalau 10 tahun terjadi, saya tidak percaya itu," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Rabu (28/3).

Dia pun mengatakan jika memang 2018 bakal terjadi krisis, hal itu bukan berarti membenarkan pandangan tentang siklus krisis 10 tahunan. Hal itu melainkan murni karena kondisi dan iklim perekonomian.

"Kalau seandainya tahun 2018 terjadi krisis, itu bukan karena sepuluh tahunan," tegas dia.

Sebagai contoh, Mantan Gubernur BI ini mengatakan krisis 1960 disebabkan karena terjadi karena angka inflasi yang cukup tinggi. Sementara krisis pada tahun 1980-an, lebih disebabkan oleh keadaan ekonomi global, yakni naiknya harga minyak.

"Ini bukan our making karena harga minyak turun, mengacaukan fiskal dan moneter kita," ujar dia.

Meskipun demikian, Boediono mengharapkan Pemerintah untuk tetap waspada, mengingat krisis dapat menyerang kapan saja.

"Perlu hati-hati karena kalau terjadi itu seperti reaksi berantai, yang tidak bisa kita setop lagi. Karena soal psikologi di sini, bukan soal utang besar atau utang kecil," ujar dia.

 

 

Reporter: Wilfridus S.

Sumber: Merdeka.com

Krisis 10 Tahunan Mengintai RI, Ini Kata BI

20151104-Bahas-Bank-Indonesia
Bank Inodnesia (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, krisis ekonomi 10 tahunan pada 1998 dan 2008 masih membayangi Indonesia. Kekhawatiran krisis ini akan kembali terulang cukup besar. Namun, fundamental ekonomi Indonesia diklaim kuat untuk menghadapi badai krisis tersebut.

Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo mengungkapkan, kondisi fundamental ekonomi suatu negara dapat menjadi indikator awal kekuatan negara tersebut menghadapi krisis yang bersumber dari global maupun domestik.

"Bicara krisis ekonomi tidak ada siapa pun yang tahu kapan dan di mana akan muncul. Tapi fundamental ekonomi Indonesia so far baik," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu 13 Desember 2017.

Dody menjelaskan, rata-rata ekonomi Indonesia bertumbuh sekitar 5,1 persen dalam kurun waktu 4-5 tahun terakhir. Stabilitas makro ekonomi yang terjaga ini diiringi perbaikan indikator lain.

"Inflasi kita rendah dan stabil sekitar 3-3,5 persen di 3 tahun terakhir, defisit transaksi berjalan sehat di bawah 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)," ujarnya.

Indikator lainnya, sambung dia, nilai tukar rupiah stabil karena rata-rata pelemahan hanya 0,4 persen dalam setahun terakhir dengan volatilitas yang rendah sekitar 2-3 persen. Sementara defisit anggaran terjaga di bawah 3 persen terhadap PDB.

"Stabilitas makro ekonomi ini didukung stabilitas sistem keuangan yang kuat, seperti permodalan, kualitas kredit, likuiditas bank yang kuat dan baik, serta reformasi struktural khususnya infrastruktur yang terus berlangsung dengan progres yang sangat positif," jelas Dody.

 

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya