Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai roadmap (peta jalan) yang terintegrasi. Ini guna menerapkan sejumlah strategi Indonesia dalam hadapi Industri 4.0.
Seperti diketahui, dunia saat ini memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi industri dunia keempat ini ditandai masifnya perkembangan teknologi informasi. Aspek digital telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Ini dilihat dari proses bisnis pun kini dipercepat dengan ada sistem online.
Hal yang paling dikhawatirkan orang yaitu revolusi industri 4.0 akan kurangi tenaga kerja, dan menggantikannya dengan sistem robotic. Padahal tidak demikian.
Advertisement
Baca Juga
Revolusi industri 4.0 justru akan membuka kesempatan kerja yang lebih luas serta membangun pekerjaan manusia menjadi lebih cepat dan mudah.
Revolusi industri 4.0 turut memberikan peluang dan tantangan baru bagi setiap negara agar bisa bertahan dalam persaingan global yang kompetitif. Indonesia termasuk menjadi negara yang siap hadapi revolusi industri 4.0.
Pemerintah telah membentuk Komite Industri Nasional. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan, komite ini akan memperkuat kerja sama dan memfasilitasi penyelarasan di antara kementerian dan lembaga terkait dengan para pelaku industri dalam negeri agar Indonesia mampu kompetitif memasuki era digital tersebut.
Selanjutnya
Kementerian Perindustrian telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap (peta jalan) yang terintegrasi. Ini guna menerapkan sejumlah strategi Indonesia dalam menghadapi industri 4.0. Rencananya peta jalan itu diluncurkan pada 4 April 2018.
Airlangga juga tengah menyiapkan lima sektor prioritas yang akan dikembangkan dalam menghadapi implementasi revolusi industri 4.0.
Kelima sektor industri tersebut adalah makanan dan minuman, elektronik, tekstil, otomotif dan kimia.
Dengan menerapkan industri 4.0, dia optimistis target besar nasional dapat tercapai. Target itu antara lain membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi dunia pada 2030.
Serta mengembalikan angka ekspor netto industri sebesar 10 persen. Selain itu meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja.
Reporter: Desy Afrianti
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement