Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap terus bertahan di zona hijau usai pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada Jumat (29/6/2018). Demikian juga pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Pada pukul 14.28 WIB, IHSG naik 1,12 persen atau 63,28 poin ke posisi 5.728,32. Penguatan IHSG berlanjut pada pukul 15.00 WIB, IHSG naik 67,84 poin atau 1,2 persen ke posisi 5.733,99. Indeks saham LQ45 menguat 2,02 persen ke posisi 898,77. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Ada sebanyak 176 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 202 saham melemah dan 91 saham diam di tempat.
Advertisement
Baca Juga
IHSG sempat berada di level tertinggi 5.736,55 dan terendah 5.682,65. Transaksi perdagangan saham cukup ramai dengan total frekuensi perdagangan saham 335.126 kali dengan volume perdagangan 339,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,8 triliun.
Investor asing beli saham Rp 409,72 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.312.
Secara sektoral, 10 sektor saham kompak menguat. Sektor saham barang konsumsi naik 1,81 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Sektor saham tambang mendaki 1,79 persen dan sektor saham keuangan menanjak 1,51 persen.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi 14.404 pada Jumat 29 Juni 2018. Rupiah melemah 133 poin dari periode perdagangan 28 Juni 2018 di kisaran 14.271. Kemudian rupiah bergerak di kisaran 14.312 per dolar AS pada pukul 15.08 WIB.
Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate sebesar 50 basis poin atau bps menjadi 5,25 persen.
Kenaikan suku bunga acuan itu diputuskan usai dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan pada 28-29 Juni 2018. Selain kenaikan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen, suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen. Suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi enam persen. Hal itu berlaku efektif sejak 29 Juni 2018.
Alasan BI Dongkrak Suku Bunga Acuan
Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, keputusan kenaikan suku bunga acuan merupakan langkah BI untuk secara pre-emptive, front loading dan ahead of the curve menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Kebijakan tersebut tetap ditopang dengan kebijakan intervensi ganda di pasar valas dan surat berharga negara (SBN) serta operasi moneter untuk menjaga likuiditas terutama rupiah dan pasar swap antarbank.
“BI meyakini sejumlah kebijakan yang ditempuh tersebut dapat memperkuat stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry, Jumat 29 Juni 2018.
Ia menuturkan, BI akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian domestik maupun global untuk memperkuat respons bauran kebijakan yang perlu ditempuh.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement