Gunung Agung Erupsi Lagi, Tingkat Hunian Kamar Hotel di Bali Masih Tinggi

Erupsi Gunung Agung belum berpengaruh terhadap tingkat hunian (okupansi) kamar hotel di Bali.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Jul 2018, 13:15 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2018, 13:15 WIB
Gunung Agung Meletus
Wisatawan mengayuh kano sambil menyaksikan Gunung Agung yang kembali meletus terlihat dari Karangasem, Bali, Selasa (3/7). Pagi ini, Gunung Agung kembali meletus disertai abu vulkanik setinggi 2.000 meter di atas puncak. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta - Erupsi Gunung Agung belum berpengaruh terhadap tingkat hunian (okupansi) kamar hotel di Bali. Hingga saat ini, rata-rata okupansi hotel di Pulau Dewata berada di kisaran 85 persen.

Ketua Bali Hotel Association (BHA), Gede Ricky Putra mengatakan, hingga saat ini bisnis hotel di Bali masih berjalan normal meski ada aktivitas vulkanik Gunung Agung.

"Sampai saat ini semuanya berjalan baik dan lancar," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Menurut dia, tingkat okupansi hotel di Bali juga masih terhitung tinggi, yaitu berada di kisaran 83 persen-85 persen. Hal ini membuktikan jika erupsi tidak mengganggu sektor pariwisata di Bali.

"Okupansi hotel masih rata-rata bagus, berkisar 83 persen sampai 85 persen," kata dia.

Meski demikian, lanjut Ricky, ada sejumlah permintaan dari tamu hotel untuk menjadwalkan ulang kunjungan ke Bali akibat adanya erupsi ini. Namun hal tersebut dinilai sebagai suatu hal yang wajar.‎

"Ada momen rescheduling tamu saja, baik saat pemberangkatan maupun kedatangan dan dampaknya sangat-sangat sedikit," lanjut dia.

Ricky berharap peristiwa alam ini tidak sampai berdampak besar terhadap bisnis perhotelan dan pariwisata di Bali. ‎"Semoga selanjutnya baik-baik saja. Tim mitigasi saat terjadi penutupan bandara (I Gusti Ngurah Rai) beberapa jam pada Jumat kemarin (29 Juni 2018) berjalan dengan baik dan mendapat apresiasi dari tamu-tamu baik domestik maupun mancanegara," tandas dia.

 

Penutupan Bandara

Gunung Agung Meletus
Gunung Agung mengeluarkan asap bercampur abu vulkanis terlihat dari desa Tulamben, Karangasem, Bali, Selasa (3/7). Walau terus mengalami letusan hampir sepekan terakhir, Gunung Agung masih berada pada status level III (siaga). (AFP/SONNY TUMBELAKA)

AirNav Indonesia menyatakan perpanjangan penutupan Bandar Udara (bandara) Notohadinegoro hingga pukul 15.00 WIB. Hal itu sesuai NOTAM C7025/18 karena dampak erupsi Gunung Agung.

“Perpanjangan penutupan ini setelah melihat perkembangan sebaran abu vulkanik dan arah angin. Adapun Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali sampai saat ini masih beroperasi normal,” ujar Yohanes Sirait Manager Humas AirNav Indonesia, dalam keterangan tertulis, Selasa (3/7/2018).

Ia menuturkan, observasi akan dilakukan secara terus menerus dengan pemangku kepentingan penerbangan lainnya. Tak hanya Bandara Jember, Bandara Banyuwangi juga ditutup hingga sore.

Gunung Agung erupsi lagi. Kali ini erupsi terjadi pukul 21.04 Wita. Berdasarkan pantauan dari Pos Pengamatan, tinggi kolom abu yang teramati ± 2.000 meter di atas puncak Gunung Agung.

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah barat. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi ± 7 menit 21 detik," demikian keterangan tertulis yang diterima dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Senin (2/7/2018).

Dalam laporan PVMBG, disebutkan erupsi terjadi secara strombolin dengan suara dentuman. Lontaran lava pijar teramati ke luar kawah mencapai jarak 2 kilometer.

Saat ini, Gunung Agung berada pada status Siaga atau level III. PVMBG mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki, pengunjung, wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apa pun di zona perkiraan bahaya yaitu di seluruh areal di dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.

Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual atau terbaru.

"Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di areal puncak," sebut PVMBG.   

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya