Persediaan AS Merosot Bikin Harga Minyak Melonjak

Harga minyak menguat usai pemerintah AS menunjukkan data persediaan minyak domestik jatuh ke level terendah.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Jul 2018, 05:30 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2018, 05:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik satu persen usai pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan data persediaan minyak domestik jatuh ke level terendah sejak Februari 2015.

Hal tersebut kurangi kekhawatiran tentang kelebihan pasokan yang bebani pasar dalam beberapa pekan terakhir.

Harga minyak Brent naik 70 sen atau satu persen ke posisi USD 74,14 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat USD 1,06 menjadi USD 69,58 per barel atau mendaki 1,6 persen.

Persediaan minyak mentah AS turun 6,1 juta barel hingga periode 20 Juli 2018. Data US Energy Information Administration menunjukkan, persediaan menjadi 404,9 juta barel yang merupakan terendah sejak Februari 2015. Analis perkirakan penurunan 2,3 juta barel.

Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma turun 1,1 juta barel. EIA menyebutkan stok itu merupakan terendah sejak November 2014.

"Penurunan persediaan sekali lagi menempatkan fokus pada pengetatan pasokan di AS," ujar Analis Price Futures, Phil Flynn, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (26/7/2018).

Adapun stok bensin turun 2,3 juta barel dibandingkan dengan harapan analis dalam jajak pendapat Reuters turun 713 ribu barel. Sementara itu, stok bensin Midwest AS jatuh ke posisi terendah sejak 2015.

Namun, kenaikan harga minyak terbatas usai rilis data menunjukkan mayoritas penarikan persediaan minyak di Pantai Barat atau dikenal PADD 5.

"Pasar biasanya diskon seiring ada penarikan persediaan besar ketika terkonsentrasi di Pantai Barat," kata John Kilduff, Partner Again Capital Management.

 

Produksi Minyak Venezuela Jatuh ke Level Terendah dalam 30 Tahun

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sentimen harga minyak lainnya juga didorong laporan IMF soal melonjaknya inflasi di Venezuela. Broker OANDA, Stephen Innes menuturkan, hal itu membuat Venezuela batasi kemampuan dongkrak produksi minyak.

"Produksi minyak Venezuela telah jatuh ke level terendah dalam 30 tahun. Produksi 1,5 juta barel per hari pada Juni," tutur dia.

Harga minyak alami tekanan pada Juli karena ketegangan perdagangan antara AS dan China, serta blok utama ekonomi lainnya. Hal itu meningkatkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi melambat. Ditambah permintaan energi yang lebih melemah.

Akan tetapi, ekonomi global masih terus tumbuh meski belum tahu dampak dari ketegangan perang dagang terhadap bisnis.

Adanya laporan China akan meningkatkan belanja infrastruktur telah membantu mengurangi kekhawatiran ketegangan perdagangan antara AS dan China.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya