Gugur Saat Evakuasi Lion Air, Menhub Minta Keluarga Syachrul Anto Dapat Santunan

Menhub Budi Karya menyampaikan dukanya atas meninggalnya Syachrul Anto, relawan yang meninggal saat pencarian korban Lion Air.

oleh Merdeka.com diperbarui 04 Nov 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2018, 12:00 WIB
Syachrul Anto Pahlawan yang Gugur Saat Evakuasi Lion Air
Syachrul Anto Pahlawan yang Gugur Saat Evakuasi Lion Air (Foto: Facebook Syachrul Anto)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan dukanya atas meninggalnya Syachrul Anto, salah satu relawan penyelam Indonesia Dive Rescue, yang bertugas saat melakukan pencarian korban pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Tanjung Karawang.

Atas insiden itu, Budi Karya meminta pihak asuransi untuk memberikan dana santunan untuk keluarga korban.

"Tentu kita akan memberikan penghargaan. Tentang santunan kita akan serahkan kepada asuransi yang untuk memberikan. Mestinya ada," katanya saat ditemui di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Minggu (4/11).

Sebelumnya, seorang Tim SAR pencarian korban kecelakaan Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610, meninggal dunia. Penyelam  bernama Syachrul Anto tersebut tewas usai melakukan pencarian korban Lion Air di bawah laut, 2 November 2018.

Dansatgas SAR, Kolonel Laut (P) Isswarto mengatakan, penyebab meninggalnya penyelam tersebut karena dekompresi.

"Diduga dekompresi, karena tekanan, bekerja tidak tahu waktu, kan harusnya naiknya pelan-pelan, lima meter berhenti dulu, sampai muncul (ke permukaan), dia mungkin langsung," kata Isswarto saat dihubungi, Sabtu (3/11/2018).

Isswarto mengatakan, harusnya penyelaman berakhir pada Pukul 16.00 WIB, karena kondisi gelap dan cuaca yang kurang bersahabat. Namun, korban masih berada di bawah laut hingga Pukul 16.30 WIB.

"Korban dari sipil, penyelam Basarnas," kata Isswarto.

Dari indivasi yang diperoleh, korban bernama Syachrul Anto yang merupakan anggota Indonesia diver rescue. Saat ini jenazah sudah berada di rumah duka di Surabaya, Jawa Timur.

"Laporan ke saya hanya terjadi dekompresi. Terus dibawa ke chamber di KN Victory. Tindakan lanjut saya tidak monitor (karena di bawah Basarnas)," tutup dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Mengharukan, Pesan Terakhir Penyelam Lion Air soal Takdir Sebelum Meninggal

Istri Syachrul Anto
Kesedihan bibi (kiri) dari penyelam Syachrul Anto yang meninggal dunia kala melakukan evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP, saat pemakaman di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/11). Syachrul meninggal karena dekompresi. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Istri Syahrul Anto, penyelam Basarnas yang meninggal saat mencari korban Lion Air di laut Karawang, Jumat 2 November kemarin, hanya bisa pasrah melihat kondisi suaminya sudah terbujur kaku tak bernyawa.

Lian Kurniawati (39), demikian nama sang istri,mencoba mengingat komunikasi terakhirnya dengan sang suami. Dia kemudian teringat sebuah pesan singkat yang dikirim suaminya sebelum menyelam mencari korban Lion Air jatuh ke perairan Karawang, Jawa Barat, yang membuatnya sadar, ia akan ditinggalkan selamanya.

 

"Sepertinya sudah firasat, tapi saya baru sadar sekarang," tutur Lian, usai pemakaman suaminya di Surabaya, Sabtu (3/11/2018).

Dalam pesan singkat melalui WhatsApp, Syachrul Anto menulis sebuah pesan tentang takdir. Berikut isi pesannya:

"Pagi itu, satu demi satu penumpang mendekat ke pintu keberangkatan di Soekarno Hatta. Petugas check in menyambut mereka dengan senyum.

Sekitar 180 orang mendekati takdirnya. Ada yang tertinggal karena macet di jalan, ada yang pindah ke pesawat lebih awal karena ingin cepat sampai. Dan ada juga yang batal karena ada urusan lain yang tiba-tiba.

Tak ada yang tertukar. Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tak pernah salah. Mereka ditakdirkan dalam suatu janjian berjamaah. Takdirnya seperti itu tanpa dibedakan usia, proses pembelian tiket, check in, terbang dan sampai akhir perjalanan hari ini, hanya sebuah proses untuk jalan pulang, menjumpai Allah yang tertulis di Lauhul Mahfuz.

Sebuah catatan yang tidak pernah kita lihat, tapi kita jumpai. Takdir sangatlah rapih tersusun, kehendak Allah tak terjangkau dengan akal manusia. Allahu Akbar.

Lalu, kapan giliran kita pergi? Hanya Allah yang tahu. Kesadaran iman kita berkata Bersiap setiap saat. Kapanpun dan dalam keadaan apapun. Mari kita benahi ketaqwaan kita untuk bekal pulang ke kampung abadi. Hanya itu jalan terbaik".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya