Bingung Kapan Harus Resign? Ini Kata 4 Mantan Karyawan Google

Bagi banyak orang, bekerja di Google merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Nov 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2018, 20:00 WIB
Google
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak orang, bekerja di Google merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Bagaimana tidak, Google rutin masuk dalam daftar tempat kerja terbaik di Amerika Serikat (AS).

Ini pun tidak mengherankan. Dengan gaji rata-rata di atas USD 160 ribu (Rp 2,3 miliar), tunjangan yang tak kalah menarik, dan fasilitas-fasilitas seperti makanan gratis, kursi pijat, dan kelas musik, bekerja di Google terdengar begitu menyenangkan.

Lalu mengapa ada orang yang ingin keluar dari Google? Mengutip Business Insider, Sabtu (10/11/2018), ini alasan 4 mantan karyawan Google keluar dari salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.

1. Liz Wessel

Liz Wessel dulunya bekerja di Google sebagai manajer pemasaran produk. Saat ini, ia merupakan CEO dari WayUp, perusahaan situs dan aplikasi seluler pencarian kerja bagi mahasiswa dan lulusan baru yang ia dirikan.

Wessel mengaku dirinya memutuskan untuk keluar dari Google saat ia tidak bisa berhenti memikirkan langkah karier selanjutnya.

“Jika Anda tidak bisa lagi melakukan pekerjaan dengan baik karena menghabiskan waktu memikirkan peluang pekerjaan yang lain, itu menjadi sebuah pertanda,” ujarnya.

2. Michael Lynch

Lynch dulunya merupakan teknisi software Google. Dua tahun pertamanya bekerja di Google merupakan masa-masa menyenangkan bagi Lynch.

Namun rasa frustasinya terhadap politik internal Google dan kesulitannya untuk mendapat promosi membuatnya mengambil keputusan untuk keluar.

Pada unggahan blognya, Lynch menjelaskan bahwa keputusan promosi di Google tidak ditangani langsung oleh manajer melainkan oleh sebuah komite kecil yang tidak mengenalnya.

“Karier saya didiktekan oleh tim anonim yang hanya memikirkan saya selama satu jam dalam hidup mereka,” jelas Lynch.

Ia meneruskan, yang paling buruk bahwa ia merasa tidak bangga atas hasil kerjanya.

“Alih-alih bertanya pada diri sendiri ‘Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah yang menantang ini?’, saya malah bertanya: ‘Bagaimana saya bisa menggunakan masalah ini untuk mendapat promosi?’ Saya benci itu,” lanjutnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Karyawan Lain

Kantor Google
Google berencana untuk mengembangkan teknologi virtual reality dengan memproduksi perangkat VR untuk konsumen

3. Falon Fatemi

Merupakan pendiri dan CEO dari Node, Falon Fatemi merupakan mantan karyawan Google yang menduduki posisi strategic partnerships developer.

Ia memutuskan untuk keluar dari Google karena merasa terlalu nyaman dengan pekerjaannya sehingga menghambat perkembangan dirinya.

“Setelah beberapa tahun, saya menyadari ada yang salah: Saya tidak lagi belajar,” jelasnya.

“Saya berada di posisi stagnan. Sementara Google terus berkembang, saya menemukan diri saya melakukan pekerjaan yang sama setiap harinya. Saya tahu saya masih membawa perubahan dalam pekerjaan yang saya lakukan, tapi saya tidak merasakannya.” kata dia. 

4. YK Sugi

Mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pengembang software, Sugi saat ini menjadi vloger yang membuat video-video pendidikan pada akun Youtube-nya.

Sugi menuliskan saat ia pertama mulai membuat video, bisa membantu banyak orang dan menerima komentar positif dari mereka merupakan perasaan yang luar biasa.

Saat itulah ia memutuskan untuk dengan serius menjadikan Youtube sebagai kariernya. Padahal saat itu, gajinya di Google mencapai jutaan dolar AS.

“Pendapatan saya sekarang jauh lebih sedikit, tapi bisa melihat langsung dampak yang saya buat bagi kehidupan orang banyak sungguh luar biasa,” tulis Sugi dalam unggahan blog-nya.

“Inilah yang terasa kurang dari pekerjaan saya, walaupun bekerja di Google juga menyenangkan.” (Felicia Margaretha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya