BI Yakin Rupiah Bakal Terus Menguat

Bank Indonesia yakin penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal terus berlanjut. Apa pemicunya?

oleh Merdeka.com diperbarui 17 Nov 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2018, 19:00 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Solo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan tren positif beberapa waktu ini. Bahkan rupiah berhasil menguat dan meninggalkan level Rp 15.000 per USD.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengaku optimistis nilai tukar rupiah hingga akhir tahun masih akan mengalami penguatan. Hal ini dorong faktor pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih akan tumbuh dan inflasi yang terkendali.

"Bicara nilai tukar dari data domestik yang positif, CAD kita lemah, tapi jangan lihat rentang ke belakang, (tapi) ke depan. Bank sentral kemampuan melihat ke depan untuk tentukan kebijakan," kata Dody dalam acara Pelatihan Wartawan Ekonomi Nasional, di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (17/11/2018).

Dody menyebut pergerakan rupiah yang tidak lagi melemah ini karena memang sudah undervalued  (lebih rendah dari nilai sebenarnya). Sehingga penguatan ini diyakini akan terus berlanjut.

"Rupiah masih undervalued (terlalu murah). Namun masih cukup kompetitif untuk perdagangan," imbuhnya.

Dody mengatakan, penguatan terhadap mata uang Garuda ini juga ditopang oleh faktor internal dan eksternal. Dari dalam negeri misalnya, sejumlah kebijakan untuk memperkuat rupiah telah ditempuh, salah satunya keputusan BI yang kembali menaikan BI 7- Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00 persen.

Sementara, dari sisi globalnya, lanjut Dody pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dijadwalkan pada akhir tahun nanti akan berdampak positif.

Terutama untuk meredam perang dagang antar kedua negara tersebut, sehingga momen itu diharapkan bisa membuat ketenangan di pasar keuangan.

"Feeling saya positif dengan pertemuan Presiden AS dan Presiden China. ini akan menenangkan pasar keuangan," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra   

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya