BBM Satu Harga Bikin Panen Petani Bawang Naik 6 Kali Lipat

Program BBM Satu Harga dicetuskan pemerintah yang memberikan mandat kepada Pertamina untuk menyalurkan bahan bakar di wilayah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T)

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Nov 2018, 21:30 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2018, 21:30 WIB
(Foto: PT Pertamina)
Octovianus Alexander Rajariwu saat membajak sawahnya di Desa Raekore, Sabu Barat, Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (Foto: PT Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - Terik matahari tak menyurutkan aktivitas Octovianus Alexander Rajariwu (52 tahun) saat membajak sawahnya di Desa Raekore, Sabu Barat, Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. Mesin traktor capung berwarna merah, lalu lalang dikendalikan pria yang akrab disapa Alex.

"Sekarang mesin ini bisa difungsikan maksimal, karena saya tidak kesulitan cari bahan bakar," kata dia, Minggu (18/11/2018).

Membajak lahan merupakan tahapan yang sangat penting untuk menyuburkan tanah. Lapisan tanah setelah masa panen, dibalik agar tanah menjadi gembur dan bisa ditanam kembali. Menyiapkan tanah sebelum masa tanam, akan berdampak pada hasil panen ke depannya.

Dulu, sebelum ada program BBM satu harga, para petani bawang di Desa Raekore, harus berpikir dua kali untuk membajak sawah. Selain harga BBM mahal, untuk mendapatkannya penuh perjuangan dengan jarak tempuh hingga 6 kilometer.

"Harga bensin kisaran Rp 100.000-200.000 per liter. Kami dijatah 1,5 liter seukuran botol air mineral. Sudah mahal, susah juga didapatnya kita tempuh dulu perjalanan bisa 5–6 km,” keluh Alex. 

Tentunya bahan bakar tersebut tidak cukup untuk menggerakkan mesin traktor secara maksimal. Karena agar maksimal penggunaannya, traktor harus diisi BBM penuh sekitar 3,5 liter.

Terpaksa, Alex dan petani lainnya patungan membeli BBM dengan harga mahal  ke pengecer, agar sedikit bisa membantu menggerakkan traktor.

Upaya mendapatkan BBM pun tak semulus yang dibayangkan. Ketersediaannya terbatas. Rata-rata hanya 8 drum. Bahkan pada  saat musim tanam dengan kebutuhan BBM yang sangat besar, tidak bisa mencukupi permintaan petani. 

"Tapi itu dulu. Karena sejak akhir Agustus lalu, BBM satu harga sudah masuk di wilayah kami. Harga Bensin  sudah sama dengan di Jawa, Rp 6.450 per liter. Jadi saya bisa gunakan traktor semaksimal mungkin. Pasokannya BBM-nya juga lancar," ujar dia.

 

Target Pertamina

(Foto: PT Pertamina)
Program BBM satu harga di NTT (Foto: Dok PT Pertamina)

Program BBM Satu Harga ini dicetuskan pemerintah yang memberikan mandat kepada PT Pertamina (Persero) untuk menyalurkan bahan bakar di wilayah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016 tentang Percepatan Pemberlakuan Satu Harga JBT & JBKP Secara Nasional.

Dalam aturan tersebut, Pertamina ditargetkan mendirikan lembaga penyalur di 150 titik selama 3 tahun dari 2017–2019. Senyum mengembang saat Alex menceritakan perubahan hasil panen. "Kalau dulu panen bawang 500 kg paling banyak, sekarang semenjak ada BBM Satu Harga saya bisa panen hingga 3 ton paling," ungkapnya bangga.

Tak hanya panen yang meningkat, kemudahan mendapatkan bahan bakar melalui program BBM Satu Harga, membuat masyarakat mendapatkan harapan baru untuk menggarap sawah dan ladangnya. 

"Bawang kami berlimpah, sawah kami terjaga karena tanah digarap serius sebelum ditanam. Sekarang masyarakat berani menanam tanaman apa saja karena BBM telah tersedia," ujar dia.

Lewat program BBM Satu Harga, Pertamina pada 2017 menargetkan penyebaran di 54 titik dengan infrastruktur darat dan laut cukup baik.  Sementara pada 2018, sebanyak 67 titik di daerah dengan infrastruktur darat dan laut terbatas. 

Hingga pekan pertama November 2018, Pertamina telah melakukan uji operasi BBM Satu Harga di 65 titik. 'Kami yakin, 67 lokasi BBM Satu Harga yang menjadi penugasan  Pertamina tahun ini akan selesai, dan diresmikan pemerintah," ucap Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito. 

Dengan tuntasnya penugasan tahap kedua, akan kembali dilanjutkan pada tahap ketiga pada 2019. Terdapat 29 titik di daerah dengan infrastruktur darat dan laut cukup sulit. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya